Sindrom Stockholm, Rasa Simpati Hingga Sayang pada Pelaku Penculikan

- Minggu, 5 Juli 2020 | 14:00 WIB
Ilustrasi. (rehab-centers.ru)
Ilustrasi. (rehab-centers.ru)

Pernah nggak kalian nonton film yang menceritakan sandera yang mengasihani orang yang telah menculiknya?

Kondisi ini disebut dengan 'Sindrom Stockholm', yaitu respon psikologi dimana dalam suatu kasus seorang sandera penculikan menunjukkan respon atau perasaan positif terhadap penyanderanya.

Nama sindrom ini diberikan berdasarkan kejadian awal perampokan bank di Stockholm pada tahun 1973 yang menjadi kasus pertama dari sindrom ini. 

Saat itu dua orang perampok bank menyandera empat orang sandera, dimana dalam prosesnya mereka malah merasa simpati, patuh bahkan sayang dengan sang pelaku kejahatan.

Setelah bebas dari penyanderaan salah satu sandera bahkan jatuh cinta dengan seorang perampok bank tersebut. 

Sementara yang lainnya menunjukkan perasaan emosional positif dan membela para perampok. 

Sindrom ini dapat terjadi karena rasa takut dan depresi sehingga pengidap kehilangan kemampuan untuk peduli dengan diri sendiri dan memilih untuk percaya pada pelaku kejahatan. 

-
Ilustrasi. (Unsplash/@denisolvr)

Mereka bahkan tidak mencoba untuk kabur saat memiliki kesempatan, merasa pelaku adalah korban sehingga tidak mau bekerjasama dengan pihak berwenang untuk menangkap pelaku penyanderaan. 

Belum ada alasan pasti mengapa sindrom ini dapat terjadi namun ini bisa dianggap sebagai strategi korban untuk bertahan hidup. 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Terkini

Fakta dan Mitos Tahun Kabisat yang Kamu Harus Tau

Rabu, 28 Februari 2024 | 12:25 WIB
X