Pemerintah Tiongkok berencana untuk buat pesawat luar angkasa dengan panjang satu kilometer. Pesawat super besar ini rencananya akan dibangun di orbit untuk "eksplorasi luar angkasa dan misi kru orbital jangka panjang" di masa depan. Mengutip Science News, bahwa badan pendanaan Kementerian Sains dan Teknologi Tiongkok telah menyarankan sebuah proyek baru untuk bangun "pesawat luar angkasa ultra-besar".
Para ilmuwan bahkan telah diminta selidiki metode desain ringan untuk kurangi berat dan biaya peluncurna pesawat luar angkasa itu, serta cara-cara baru untuk membangun struktur besar di luar angkasa dengan aman. Melansir South China Morning Post, rencana itu telah diberikan anggaran sebesar 15 juta Yuan atau Rp33,1 miliar. Angka ini termasuk kecil. Sebab, NASA sendiri mengatakan Stasiun Luar Angkasa Internasional yang berukuran sekitar 1/10 ukuran pesawat luar angkasa yang diproyeksikan menelan biaya 100 miliar dola AS atau Rp1.426 triliumn untuk bangun, meluncurkan, dan merakitnya.
Mantan kepala teknologi NASA, Mason Peck mengatakan gagasan itu mungkin terjadi, meskipun tampak sebagai sciencefiction. Kendala utama untuk membangun menara sebesar itu adalah masalah skala. Dia mengatakan masalah keuangan dengan mengatakan membangun dan menggunakan fasilitas 10 kali lebih besar dari Stasiun Luar Angkasa Internasional akan menguji anggaran luar angkasa nasional.
Seorang profesor teknik penerbangan di University of Illinois pada Urbana-Champaign, Micheal Lembeck mengatakan bahwa bahkan jika struktur sebesar itu secara teknis dapat dibayangkan, itu mungkin tidaklah praktis dalam praktiknya karena tingkatkan biaya.
Profesor Lembeck juga menyamakan gagasan membangun struktur seperti itu dengan mencoba bangun Starship Enterprise dari Star Trek. Karena keterbatasan teknologi kita asat ini, dia mengatakan bahwa ini adalah latihan yang bagus untuk dipikirkan, tetapi tidak mungkin dan tidak realistis untuk benar-benar mewujudkannya.
Selain itu, Tiongkok juga menunjukkan minat untuk bangun susunan tenaga surya besar-besaran di luar angkasa dan pancarkan energi ke Bumi melalui gelombang-gelombang mikro. Meski demikian, Peck mengatakan bahwa ekonomi dari proyek itu tidaklah berkelanjutan.
