Peneliti Menyebutkan Kaitan dari Nyeri Sendi dengan Makanan Daging Merah!

- Minggu, 19 September 2021 | 14:26 WIB
Daging merah. (photo/Ilustrasi/Pexels/Becerra Govea Photo)
Daging merah. (photo/Ilustrasi/Pexels/Becerra Govea Photo)

Nyeri sendi bisa terjadi karena makanan setiap hari. Dimana, makanan ultarolahan dapat menghasilkan efek inflamasi di tubuh. Di antara makanan ini termasuk dengan makanan ringan kemasan, makanan ringan manis, dan daging merah yang bisa menjadi penyebab nyeri sendi. 

Hal itu memang benar, makan makanan bukan olahan dapat bantu mencegah radang sendi atau nyeri sendi kronis. Banyak penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa makanan nabati yang dominan dapat membantu ringankan gejala nyeri sendi. Misalnya, penelitian pada 2015 yang menemukan orang yang mengonsumsi makanan kaya nabati alami penurunan signifikan pada nyeri osteoartritis setelah hanya dua minggu.

Peserta juga melaporkan bahwa mereka mempunyai lebih banyak energi dan fungsi fisik yang lebih baik pada studi akhir selama 6 minggu. Selain itu, penemuan dari studi 2017 telah menunjukkan serat yang juga dapat berperan mencegah radang sendi. Mereka yang beralih ke pola makan tinggi serat juga mengurangi risiko terjadinya osteoartritis lutut sebanyak 61 persen.

Sekarang, terdapat penelitian baru dari Pusat Pengobatan Mayo Clinic yang menunjukkan bahwa mikrobioma usus dapat prediksi apakah kamu akan mengembangkan rheumatoid arthritis atau tidak. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Genome Medicine diketahui menemukan beberapa rincian dalam mikrobioma usus terkait dengan prognosis rheumatoid arthritis (RA) di masa depan.

Untuk konteksnya, rheumatoid arthritis merupakan gangguan akan peradangan kronis yang terjadi saat sistem kekebalan mulai serang jaringan sendi. Beberapa gejala RA termasuk kekakuan, nyeri, dan pembengkakan di lebih dari satu sendi. Peneliti mengusulkan untuk memeriksa profil mikrobioma usus yang dapat membantu deteksi apakah seseorang berisiko didiagnosis di kemudian hari atau tidak. 

Jika memang menunjukkan adanya biomarker tertentu, harapannya adalah dapat mengambil tindakan pencegahan dan melepaskan diri dari beban pengembangan RA di masa mendatang. Sementara waktu, tidak ada salahnya untuk masukkan lebih banyak makanan nabati untuk mendukung mikrobioma usus dan kesehatan secara keseluruhan. 

"Dengan pengembangan lebih lanjut, biomarker prognostik tersebut dapat mengidentifikasi pasien yang akan mencapai perbaikan klinis awal dengan terapi yang diberikan sehingga menghemat biaya dan risiko terapi lain yang cenderung tidak efektif," ungkap John M. Davis III selaku penulis studi senior.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X