Jika saat ini banyaknya orang berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin ataupun terlibat di pemerintahan, berbanding terbalik dengan kondisi yang ada di Romawi kuno.
Pasalnya, tidak semua orang ingin menjadi kaisar yang memimpin pemerintahan mereka yang amat megah dan juga jaya pada masanya. Padahal semua masyarakat Romawi memiliki hak yang sama untuk dipilih menjadi seorang kaisar.
Mengutip dari The Collector, alasan tidak semua orang mau ditunjuk menjadi kaisar ialah anggapan bahwa kenyataan hidup seorang kaisar dikelilingi oleh bahaya dan adanya kemungkinan dibunuh oleh para pejabat.
Baca Juga: Nero Claudius, Kaisar Kejam Romawi Yang Membunuh Keluarga Demi Tahta
Bahkan beberapa contoh bangsawan Romawi yang sebenarnya dengan mudah mengisi jabatan kaisar seperti Augustus, Tiberius, dan Claudius menyatakan enggan untuk memegang takhta tersebut.
Meski dipandang sebagai orang yang akan menduduki jabatan tinggi, bergelimang harta hingga kekuasaan bahkan dianggap seperti dewa, pada dasarnya menjadi seorang kaisar adalah beban yang cukup berat.
Pasalnya, kerumitan yang dimiliki oleh kedudukan tersebut termasuk politik mematikan dari para Senat, pemberontakan pemberontak tentara dan tindakan bangsa Romawi adalah hal yang tidak akan terduga.
Menjadi kaisar bukanlah seperti sedang bermain di taman indah, dimana kaisar akan berhadapan dengan perang melawan bangsa asing, invasi, bencana alam hingga kudeta dan pembunuhan.
Selain itu, fenomena penjilat, fitnah, pencemooh, dan mencela sampai ramalan buruk juga mewarnai perjalanan seorang kaisar. Jadi jika ada yang bersedia menjadi kaisar, sungguh orang tersebut telah siap menerima risiko yang telah menghadang bukan siap untuk mendapatkan previlege seperti pemimpin pada umumnya.
