Sphinx merupakan makhluk mitologi yang terkenal di Yunani dan juga Mesir kuno. Makhluk ini dipercaya mampu memberikan perlindungan dari gangguan kekuatan jahat.
Meski dikenal di Yunani dan Mesir, namun makhluk mitologi yang satu ini memiliki bentuk yang berbeda dari kedua peradaban tersebut.
Baca Juga: Bukan Giza! Ini Piramida Terbesar dan Tertua di Mesir, Bentuknya Kok Begitu?
Dikutip dari The Collector, orang Mesir kuno menggambarkan sosok Sphinx sebagai makhluk yang berhiasan kepala Firaun dan bertubuh singa. Sphinx ini dapat dilihat dari patung-patung yang terdapat di jajaran piramida agung di Mesir.
Sementara, bagi peradaban Yunani kuno Sphinx adalah putri Orthus yang merupakan monster anjing berkepala dua dan Echidna, makhluk setengah wanita setengah ular atau bahkan Chimera, makhluk gabungan dari singa, kambing, dan ular.
Sphinx versi Yunani juga memiliki peran yang bersebrangan yakni dianggap sebagai makhluk yang jahat dan kerap ditakuti oleh manusia.
Dalam mitologi Yunani, sphinx dikatakan berasal dari Aethiopia, sebuah konsep geografis yang agak kabur yang kira-kira sesuai dengan hulu Sungai Nil dan tanah di selatan Mesir.
Namun terdapat hal yang dijadikan sebagai alasan mendasar mengapa kedua sphinx terlihat berbeda lantaran adanya pengelompokkan dalam satu periode yang homogen.
Baca Juga: Monster Loch Ness, Makhluk Mitologi Skotlandia yang Disebut Penis Ikan Paus, Benarkah?
Hal ini menyebabkan adanya evolusi dari makhluk tersebut yang masuk akal mengingat kondisi politik Mesir selama periode Yunani. Ketika kisah Oedipus dan Sphinx sedang ditulis, Mesir bukan lagi sebuah kerajaan merdeka.
Saat itu, bangsa Mesir tidak kemampuan untuk memaksakan dan mengabadikan budayanya sendiri. Saat itu, mereka berada di bawah kekuasaan Persia, dengan perselisihan internal lebih lanjut.
