Tradisi Pergowokan, Media Edukasi Seksual di Banyumas yang Berkembang pada Abad ke-20

- Selasa, 5 Juli 2022 | 10:00 WIB
Ilustrasi nyai gowok. (Wikimedia)
Ilustrasi nyai gowok. (Wikimedia)

Di Indonesia, perihal seksual bagi sebagian besar masyarakat masih dianggap sebagai hal yang tabuh. Padahal, edukasi seksual penting diajarkan oleh lapisan masyarakat agar tidak salah melakukan serta membudayakan hal-hal yang menjadi bahaya dalam melakukan hubungan seksual.

Sementara, dalam tradisi sendiri edukasi seksual telah cukup eksis diajarkan. Sebut saja salah satunya 'gowok' yang merupakan sebuah tradisi di awal abad ke-20 dan sangat populer di pulau Jawa.

Baca Juga: Supaya Tidak Gugup Lakukan 4 Hal Ini Sebelum Berhubungan Seks

Dalam sebuah jurnal karya Dyah Siti Septiningsih, dituliskan bahwa gowok adalah sebuah profesi dari seorang perempuan, biasanya ronggeng yang dilakukan usia sekitar 23-30 tahun untuk memberikan pemahaman tentang hubungan seks bagi laki-laki (remaja) yang akan melangsungkan pernikahan.

Tradisi gowokan ini menunjukkan prinsip bagaimana laki-laki yang hendak menikah merupakan 'guru laki' atau kepala rumah tangga yang harus memiliki kemampuan mumpuni ketika menjadi seorang suami.

Pergowokan sendiri memandang suami sebagai sumber kekuatan bagi keluarga, sehingga sebelum menikah harus mendapatkan ilmu mengenai hubungan seks terlebih dahulu. Hal tersebut tidak mungkin mereka dapatkan melalui orang tuanya.

Nantinya, laki-laki yang sudah resmi melamar gadis pujaan hati mereka akan dibawa oleh keluarga mereka ke seorang gowok. Gowok tersebutlah yang akan mengenalkan tentang seluk beluk berumah tangga, maupun hal pribadi tentang sisi-sisi tubuh wanita.

Satu hal yang menarik menyangkut tugas inti seorang gowok, yaitu mempersiapkan seorang laki-laki remaja yang akan menikah agar tidak mendapat malu pada malam pengantin baru.

Orang Belanda sendiri mengganggap gowok ini merupakan tradisi yang hina, namun tetap dipertahankan oleh kaum priyayi. Hal ini karena ada sebuah roman yang menyebut seorang calon pengantin laki-laki yang malah tergoda dan jatuh hati kepada gowoknya, sehingga menjadi aib bagi keluarganya.

Lantaran menuai kontroversi dan menguatnya budaya dan ajaran Islam di Banyumas, tradisi ini perlahan meluntur dan hilang ditelan zaman. Kisah tradisi ini hanya meninggalkan jejak sejarah hari ini.

Artikel Menarik Lainnya:

 

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X