Baru-baru ini, Chris Van Wyk memotret kura-kura di Sungai Mary, Queensland. Dia menemukan alga yang menempel di kepala kura-kuta itu yang menyerupai rambut. Foto-foto dari 'punk turtle' ini kemudianlah viral di internet hingga saat ini.
'Kura-kura penny' atau dikenal 'kura-kura toko hewan peliharaan' dijual di toko-toko Australia pada 1860-an dan 1970-an. Salah seorang pakar reptil di Australia, John Cann tidak mengetahui sebelumnya spesies kura-kura itu, sampai ia melihat habitat aslinya yang berada di Sungai Mary.
Mirisnya, kura-kura yang bernama latin Elusor macrurus atau yang dikenal Mary River turtle ini termasuk ke dalam hewan yang terancam punah menurut IUCN. Mary River Turtle sendiri merupakan salah satu kura-kura terbesar di Australia, dengan berat mencapai 18 pon dalam cangkang sepanjang 17 inci.
Kura-kura ini diperkirakan telah terpisah dari spesies lain sekitar 40 juta tahun lalu. Ia mungkin hidup sampai 100 tahun dan tak mulai berkembang biak hingga berusia 20 tahun.
Ekor dari kura-kura ini sangatlah multifungsi, yaitu bisa digunakan untuk membuang kotoran dan bernapas. Ini dikarenakan struktur ekor kura-kura itu berbentuk seperti insang. Hal ini pun diungkapkan oleh ahli konservasi Marilyn Connell.
"Bernafas lewat bokong menarik banyak perhatian,” ungkapnya.
Sebagai pemimpin proyek konservasi kura-kura Sungai Mary, Connell pun fokus pada pelestarian spesies. Pada musim kawin (dimulai dari Oktober hingga Desember), anggota proyek konservasi mencari pemangsa di tepi sungai untuk melindungi sarang kura-kura. Hal ini dilakukan supaya kura-kura itu dapat berkembang biak dengan baik.
