Dicari Kiai Kodok Ngorek, Pusaka Dahsyat Ponorogo yang Kini Hilang!

- Minggu, 31 Juli 2022 | 15:14 WIB
Kirab pusaka Kabupaten Ponorogo. (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Z Creators)
Kirab pusaka Kabupaten Ponorogo. (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Z Creators)

Setiap menjelang Grebeg Suro, tiga pusaka milik Ponorogo dikeluarkan dan dikirabkan dari makam Batoro Katong ke lingkungan Pemerintah Kabupaten Ponorogo. Kirab pusaka itu dalam rangka mengenang perpindahan kabupaten.

Sunarso, budayawan mengatakan bahwa sebenarnya pusaka milik Ponorogo itu ada empat yakni, tombak Kanjeng Kiai Tunggul Nogo, Payung Kiai Tunggul Wulung, Angkin atau Cinde Puspito, dan keris Kiai Kodok Ngorek.

“Tapi keris Kiai Kodok Ngorek itu sudah tidak ditemukan lagi setelah Bupati Cokronegoro yang kedua,” kata Sunarso, Senin (25/7/2022).

-
Kirab pusaka Kabupaten Ponorogo. (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Z Creators)

Setelah bupati Mertohadinegoro meninggal dunia, posisinya digantikan Cokronegoro. Saat itu, Ponorogo memiliki pusaka tambahan. Sebab, kakeknya menjadi menantu Pakubuwono III dan diberi keris Kiai Kodok Ngorek.

Keris itu sempat menjadi pusaka milik Ponorogo namun hanya sampai Cokronegoro kedua. Sampai sekarang belum diketahui tempatnya dimana. Namun, Sunarso mengatakan masih ada bukti sejarahnya.

“Saya pernah menemukan literaturnya di perpustakaan milik Keraton Kasunanan Solo,” jelasnya.

-
Kirab pusaka Kabupaten Ponorogo. (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Z Creators)

 

Pusaka Kanjeng Tunggul Nogo dan Tunggul Wulung itu milik Majapahit, Brawijaya kelima. Sunarso menjelaskan bahwa saat terjadi perebutan kekuasaan, kedua pusaka itu ada yang merawat yakni, Joyodrono dan Joyodipo.

Saat kondisi terhimpit, Brawijaya berpesan kalau ada orang yang mengetahui keberadaan tombak itu merupakan keturunannya. Joyodrono pergi ke Ponorogo dan bertapa. Dalam perjalanannya bertemu dengan Batoro Katong, Patih Seloaji, dan Ki Ageng Mirah.

“Eyang Batoro Katong melihat tombak Kiai Tunggul Nogo dipasang di Gua Segolo-Golo. Makanya pusaka itu diserahkan ke Batoro Katong,” ungkapnya.

Kehebatan tombak itu terbukti saat Ponorogo diserang oleh Ki Ageng Kutu setelah salat Jumat. Secara logika Batoro Katong bakal kalah lantaran hanya memiliki 40 santri. Sedangkan, Ki Ageng Kutu memiliki 200 pasukan.

Namun, Batoro Katong dibantu oleh Patih Seloaji yang punya kehebatan dalam berperang. Tombak itu digunakan untuk menghadang dan seketika kuda Ki Ageng Kutu lari terbirit-birit.

Sejarah adanya kirab pusaka yang berupa tombak, angkin, dan payung itu merupakan perjalanan perpindahan dari Kota Lama ke Kota Tengah pada  1837. Saat itu, hanya ada empat Kadipaten yakni, Kadipaten Pedanten, Kuto Wetan, Sumoroto dan Polorejo. 

Keempatnya memiliki kekosongan kepemimpinan dan dijadikan satu Kadipaten dan dipimpin oleh Mertonegoro.

Halaman:

Editor: Yayan Supriyanto

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X