Meskipun katanya LGBTQ adalah sebuah cara untuk memperjuangkan hak asasi manusia dalam mencintai sesama jenis ataupun mengubah diri sesuai dengan nurani manusia masing-masing, namun penelitian lapangan menyebut hal tersebut justru menimbulkan beragam masalah.
Salah satunya yakni masalah mental yang berujung dengan bunuh diri. Hal ini diungkapkan oleh penelitian dari Norwegia dimana ditemukan bahwa remaja transgender cenderung memilih untuk mengakhiri hidup mereka sendiri.
Dikutip dari LiveScience, penelitian dari University of Ottawa dan Norwegian Institute of Public Health, Oslo, Norwegia mengungkapkan bahwa remaja transgender berisiko 5 kali lebih tinggi berisiko bunuh diri dibanding remaja cisgender lainnya.
Baca Juga: Ribuan LGBT Bersorak Sorai di Yerusalem, Kota Suci 3 Agama Samawi, Gelar Parade di Jalanan
Tindakan ini lantaran adanya peralihan masa yang memengaruhi mental dan tekanan pada diri remaja. Remaja yang memutuskan untuk menjadi transgender sejak dini, tidak berpikir panjang akan akibat yang mereka peroleh saat bertukar kelamin.
Salah satu akibatnya ialah remaja seringkali dirundung dan menerima cemohan yang tak baik dari orang yang belum bisa menerima mereka beralih gender.
Akibatnya, para remaja yang sudah bersedia mengubah jati diri mereka akan menerima tekanan yang sangat tak disangka sebelumnya. Bahkan tekanan tersebut membuat mereka terkena penyakit mental yang mengakibatkan para remaja ingin mengakhiri hidup mereka secepat mungkin.
Secara keseluruhan, 14 persen remaja mengalami ide bunuh diri dalam beberapa tahun terakhir. Kemudian 6,8 persen sebelumnya pernah mencoba bunuh diri. Remaja transgender 5 kali lebih mungkin untuk berpikir tentang bunuh diri dan 7,6 kali lebih mungkin untuk pernah mencoba bunuh diri daripada remaja cisgender.
Untuk menanggulangi permasalahan ini, para peneliti merasa diperlukan program pencegahan bunuh diri yang secara khusus ditargetkan untuk remaja transgender. Mengingat bahwa asosiasi ini sebagian dimediasi melalui pengalaman perundungan.
