Studi: Tingkat Stress Pengaruhi Jumlah Konsumsi Makanan Cepat Saji!

- Jumat, 12 Maret 2021 | 15:50 WIB
Ilustrasi fast-food. (photo/Ilustrasi/Pexels/Dana Tentis)
Ilustrasi fast-food. (photo/Ilustrasi/Pexels/Dana Tentis)

Terdapat sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa ibu-ibu berpenghasilan rendah yang kelebihan berat badan pada anak-anak yang lebih kecil, setelah berpartisipasi dalam sebuah penelitian, makan makanan cepat saji yang lebih sedikit dan makanan ringan berlemak tinggi. 

Mereka melakukannya bukan karena para peneliti dalam studi tersebut menyuruh mereka melakukannya, tetapi karena intervensi gaya hidup yang sedang dievaluasi membantu turunkan stress mereka. Penelitian ini diterbitkan dalam edisi terbaru jurnal Nutrients. Program 16 minggu ini ditujukan untuk mencegah penambahan berat badan dengan promosikan manajemen stres, pola makanan yang sehat, dan aktivitas fisik. Metode untuk pencapaian tentang manajemen waktu dan pembuatan prioritas, banyak yang ditunjukkan dalam serangakaian video yang menampilkan ibu-ibu seperti mereka yang berpartisipasi dalam penelitian ini. 

"Kami menggunakan kesaksian perempuan dalam video dan menunjukkan interaksi mereka dengan keluarga mereka untuk meningkatkan kesadaran tentang penyebab stres. Setelah menonton video, banyak peserta intervensi berkata, 'Ini pertama kalinya saya menyadari bahwa saya sangat stres' - karena mereka menjalani kehidupan yang penuh tekanan, " ungkap penulis utama studi ini, Mei-Wei Chang. 

"Banyak dari wanita ini menyadari perasaan tidak sabar, dan mengalami sakit kepala dan leher serta kesulitan tidur - tetapi mereka tidak tahu bahwa itu adalah tanda-tanda stres," lanjutnya.

"Bukan karena para wanita ini tidak ingin makan lebih sehat . Jika Anda tidak tahu bagaimana mengelola stres, lalu ketika Anda begitu stres, mengapa Anda peduli dengan apa yang Anda makan?" katanya. 

Chang mengatakan para wanita ini cenderung hadapi sejumlah tantangan yang dapat menyebabkan mereka stress, seperti kesulitan keuangan, tinggal di lingkungan yang kumuh, sering berpindah-pindah, hubungan romantis yang tidak stabil, dan rumah tangga yang penuh dengan anak kecil. 

Selama uji coba, sebanyak 212 peserta yang diacak ke dalam kelompok intervensi menonton total 10 video di mana perempuan seperti mereka memberikan testimoni tanpa naskah mengenai kesehatan makan dan menyiapkan makanan, mengelola stress mereka, dan aktif secara fisik. 

Chang dan rekannya melaporkan sebelumnya bahwa sebagai sebuah kelompok, wanita dalam kelompok intervensi penelitian lebih mungkin untuk mengurangi konsumsi lemak mereka daripada wanita dalam kelompok pembanding yang diberikan materi cetak mengenai perubahan gaya hidup. 

Intervensi itu difokuskan untuk menunjukkan kepada para wanita contoh bagaimana mendapatkan gaya hidup yang lebih sehat dan tidak terlalu stress dibanding memberi tahu mereka apa yang harus diubah. 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X