Mengulik Fakta Tentang Sleeping In Space, Metode Istirahat Astronot di Luar Angkasa

- Jumat, 17 Desember 2021 | 18:12 WIB
Sleeping in Space. (Photo/Wikipedia)
Sleeping in Space. (Photo/Wikipedia)

Sleeping in space atau tidur di luar angkasa merupakan sebuah bagian penting dari pengobatan dan perencanaan misi seorang astronot. Hal ini agar dampak kesehatan di luar angkasa serta kemampuan tetap terkoordinir dengan baik selama berada di luar angkasa.

Tentunya bekerja dan tidur dengan nyenyak salah satu hal yang sangat penting, apalagi untuk manusia yang berada di Bumi. Astronot juga penting untuk tidur, meski ada beberapa perbedaan yang terjadi.

Astronot dapat tidur tanpa bobot dan orientasi apapun. Sayangnya, mereka harus menempelkan diri agar tidak melayang dan menabrak sesuatu. Astronot biasanya akan tidur di sebuah kantong tidur yang terletak di kabil kecil, dan setiap kru hanya memiliki space satu orang saja.

Tidur Delapan Jam Setiap Hari

-
(Photo/Wikipedia)

 

Umumnya, astronot dijadwalkan tidur delapan jam setiap harinya ketika mereka melaksanakan misi. Namun, waktu bangun tidur dan pergi ke toilet tidak akan seperti yang terjadi di Bumi.

Selama periode tidur mereka, astronot telah melaporkan mengalami mimpi dan mimpi buruk. Beberapa bahkan melaporkan mendengkur di luar angkasa.

Penerbangan antariksa manusia seringkali membutuhkan kru astronot untuk bertahan lama tanpa istirahat. Penelitian telah menunjukkan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan kelelahan yang menyebabkan kesalahan saat melakukan tugas-tugas penting.

Efek Kurang Tidur

-
(Photo/Wikipedia)

 

Selain cukup mainstream tidur di pesawat luar angkasa, astronot sering menderita efek kurang tidur dan gangguan ritme sirkadian. Kelelahan karena kurang tidur, pergantian jam tidur, dan beban kerja yang berlebihan.

Hal itu dapat menyebabkan kesalahan kinerja yang menempatkan peserta penerbangan luar angkasa dalam risiko mengorbankan tujuan misi serta kesehatan dan keselamatan orang-orang yang ada di dalamnya.

Tempat Tidur Harus Berventilasi yang Baik

-
(Photo/NASA)

 

Dikatakan bahwa tempat tidur dan akomodasi astronot harus memiliki ventilasi yang baik. Jika tidak, astronot dapat terbangun karena kekurangan oksigen dan terengah-engah, karena gelembung karbon dioksida yang mereka hembuskan telah terbentuk di sekitar kepala mereka.

Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen dan sel-sel otak dapat mulai mati kurang dari 5 menit setelah suplai oksigennya hilang; akibatnya hipoksia otak dapat dengan cepat menyebabkan kerusakan otak yang parah atau bahkan kematian. Penurunan oksigen ke otak dapat menyebabkan demensia dan kerusakan otak, serta sejumlah gejala lainnya.

Baca juga: Thalassic Mask, Masker Medis yang Dicetak Mesin 3D dengan Konsep Biota Laut

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X