INDOZONE.ID - Delapan tahun lamanya kasus pembunuhan Akseyna Ahad Dori, mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Indonesia pada 26 Maret 2015 silam, masih menjadi misteri sampai saat ini. Terlalu lama dalam tanpa kepastian tersebut tentu akan memberikan efek yang serius pada seseorang. Itulah yang telah dirasakan oleh keluarga dan kawan-kawan Akseyna Ahad Dori.
Peringatan dan aksi damai pun telah dilakukan. Akan tetapi, UI dan pihak kepolisian seolah-olah tidak berada di pihak Akseyna sehingga berujung pada jawaban yang belum pernah terungkap dan tanpa adanya kejelasan walaupun kasus ini dinilai sebagai kasus pembunuhan.
Pihak keluarga beserta BEM Psikologi UI pun memgingatkan kembali tentang perlunya aparatnya tak perlu berlarut-larut.
Sebelum menceritakan pernyataan pihak keluarga, tak ada salahnya untuk kilas balik soal kasus ini.
Kronologi penemuan jasad Akseyna 8 tahun lalu dan kejanggalan pertama.
Jasad Akseyna saat itu ditemukan oleh seorang mahasiswa UI bernama Roni dengan posisi mengambang di Danau Kenangan sekitar pukul 09.00 WIB. Penemuan mayat Akseyna mengundang perhatian sejumlah orang.
Warga kemudian berkumpul di tempat kejadian perkara. Semula tak ada yang tahu bahwa sosok mayat itu adalah Akseyna karena tidak ada satu pun identitas yang tertera. Korban terlihat masih menggunakan ransel berisi sejumlah batu yang diduga untuk menenggelamkan jasad tersebut.
Kasus yang tadi ditangani Polresta Depok dialihkan ke Polda Metro jaya. Saat itu, pihak Polda Metro Jaya sempat menyebutkan bila ada kesalahan prosedur saat olah TKP pertama di tahun 2015. Salah satunya terkait pakaian korban.
Jenazah saat diserahkan ke RS Polri tanpa baju, padahal saat ditemukan masih pakai baju.
Baca Juga: Fakta Mengejutkan dari Kasus Pembunuhan Akseyna: Cuitan Dosen UI dan Dimutasinya Kapolres
Pihak keluarga Akseyna dan BEM Psikolog UI ingatkan tentang 'need for closure'

Mengutip unggahan di Instagram peduliakseyna, dalam rangka memperingati delapan tahun kematian Akseyna, pihak keluarga dan KastraTalk hadir sebagai pengingat bagi sivitas bahwa keadilan belum juga diberikan dan apa saja dampaknya bagi keluarga yang ditinggalkan apabila mereka tidak diberikan kepastian yang pantas mereka dapatkan.
Pada dasarnya, keluarga Akseyna, masyarakat dan mahasiswa UI hanya ingin mendapatkan kepastian. Secara lahiriah, manusia akan berusaha untuk mendapatkan jawaban yang jelas, cepat, dan tidak ambigu dalam situasi tertentu.
Motivasi yang dimasud adalah need for closure. Dalam kasus ini, need for closure dapat ditunjukkan melalui desakan terhadap UI dan pihak kepolisian, seperti keluarga korban yang terus, meminta dukungan melalui media sosial dan mengirimsurat permohonan penuntasan kasus.
Keinginan dan tuntutan terhadap pihak kepolisian tersebut merupakan bentuk need for closure. Artinya, need for closure menekankan pada urgensi dan tujuan dalam suatu usaha untuk mendapatkan kepastian sesegara mungkin.
Pihak keluarga sempat minta bantuan warganet ikut membantu penyelidikan polisi

Sebelumnya, pihak keluarga yang merasa putus asa atas lambatnya kasus ini meminta dukungan dan bantuan warganet untuk membantu penyelidikan polisi.
"Kami atas nama pihak keluarga Akseyna, memohon kesediaan teman-teman sekalian untuk turut membantu proses penyelidikan," tulis akun melalui akun peduliakseynaui di Instangram beberapa waktu lalu.
"Teman-teman yang memiliki atau pernah melihat/membaca/mendengar informasi sekecil apapun terkait motif, pelaku, TKP, atau kronologi kejadian, dipersilakan menuliskan informasi tersebut melalui link:bit.ly/akseynaatau klik link di bio Instagram @peduliakseynaui."
Pihak keluarga juga menyebutkan bila informasi yang didapat warganet akan diserahkan ke pihak kepolisian agar bisa didalami lebih lanjut.
"Terima kasih untuk teman-teman yang hingga saat ini masih terus ikut mengawal kasus Akseyna. Mudah-mudahan bantuan teman-teman bisa memberi jalan terang dan keadilan bagi Akseyna."
Polisi memeriksa kembali TKP pada 2020, namun penyelidikannya tak diinformasikan ke keluarga
Polisi melanjutkan penyelidikan kembali ke danau Kenangan di UI. Bahkan mereka memeriksa seorang saksi tambahan.
Sayangnya hasil penyelidikannya tidak diinformasikan ke keluarga dan tak ada kejelasan sampai saat ini.
Keluarga pun membuat petisi meminta polisi melanjutkan penyelidikan kasus ini di tahun 2021 dan kini meminta bantuan masyarakat atas informasi terkait kasus tersebut di tahun 2022.
Pihak kepolisian mengaku masih menyelidiki, sebut kasus ini belum kadaluarsa

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol E Zulpan pada 2022 lalu menyebutkan bila kasus ini masih diusut oleh Polda Metro Jaya hingga saat ini.
"Terkait Akseyna, rekan-rekan kita tetap bekerja ya," kata Kombes Zulpan kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (30/6/2022).
Zulpan menyebut kasus ini belum kadaluarsa. Artinya, penyidikan kasus pun terus bergulir.
"Kasus ini ada kadaluarsanya. Ini kan kadaluarsanya belum berlaku, penyidik masih bekerja," beber Zulpan.
Lebih jauh, Zulpan menyebut meski pejabat di Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya berganti, kasus ini tetap diusut oleh pejabat yang menjabat saat ini.
"Walau berganti pejabat di Direktorat Reserse ini, tetapi tetap ini berlanjut dikerjakan," kata Zulpan.
Daftar Lengkap Kejanggalan kasus Akseyna
Begitu banyak kejanggalan kasus dan fakta menarik dari kasus Akseyna yang telah disusun Indozone.
Kejanggalan kesaksian penjaga kos

Setelah beberapa hari dihubungi dan tak ada kabar, Om dan Tante Akseyna mengunjungi kosnya atas permintaan orang tua pada 29 Maret 2015 silam.. Namun Ace tak ada dan penjaga kos tak memberikan kunci kamar kos Ace ke Tantenya. Padahal, setelah kejadian banyak teman Ace bisa masuk ke kamar Ace dan memeriksa barangnya saat Ace tak ada di kamarnya.
Saat itu, Om dan Tante Ace menanyakan tentang keberadaan Ace, penjaga kos menjelaskan bia ia masih bertemu Ace di kos pada hari Jumat, 27 Maret 2015.
Padahal mayat Ace sendiri ditemukan di Danau UI sehari sebelumnya meski saat itu belum ada identifikasi resmi sosok mayat tersebut. Namun ketika resmi diumumkan bahwa korban adalah Ace, hal itu membuat pernyataan penjaga kos sedikit janggal.
Kesalahan informasi soal penemuan surat wasiat Ace

Ayah Ace menuju Jakarta untuk mencari keberadaan sang anak. Saat mengunjungi Jurusan Biologi Fakultas MIPA, ada salah satu dari teman Ace memberikan sebuah surat yang disebut ditemukan saat menginap di kosan Ace.
Ayah Ace kemudian menyerahkan surat itu kepada polisi. Hal ini membantah berita di media massa bila surat itu ditemukan tertancap di dinding kamar dan dipaku.
Menjelang magrib, jasad Ace berhasil diidentifikasi setelah sang ayah terbang dari Jogja dan mengunjungi polisi.
Seorang grafolog menyebutkan surat itu ditulis dua orang.

Informasi ini mungkin sudah banyak yang tahu terkait keterlibatan pihak lain yang menanggapi surat wasiat Ace. Seorang grafolog memaparkannya di Twitter yang menyebutkan ada orang lain yang menambahkan kata-kata lain di kertas tulisannya Ace. Bahkan tanda tangannya bukan tanda tangan Ace.
Adanya rangkaian tweet dari seorang dosen UI yang membuat keluarga marah.

Seorang dosen UI membuat berang keluarga setelah ia menuliskan rangkaian cuitan tentang Ace dan kasus tersebut. Selain menjelekkan media, ia juga menjelekkan sang grafolog yang disebut cari panggung.
Atas cuitan tersebut, pihak keluarga mengirim surat ke pihak UI untuk memberikannya teguran. Namun pihak UI menolaknya.
Baca Juga: Kasus Pembunuhan Akseyna Mengendap 7 Tahun, BEM UI Heran Rektor Ari Kuncoro Cuek
Kapolresta Depok dimutasi setelah menyebutkan sudah mengantongi nama pelaku

14 Oktober 2016
Kapolresta Depok saat itu sempat mengatakan ke media telah mengantongin nama pelaku. Namun saat itu alat bukti belum cukup.
Sayangnya, satu setengah bulan kemudian, sang kapolres dimutasi. Tak ada kejelasan tentang sosok pelaku yang dimaksud ataupun mengapa ia dimutasi.