Fakta Komunitas La Sape di Kongo: Hidup Susah Demi Gaya, Pakaiannya Serba Mewah

- Rabu, 13 April 2022 | 11:27 WIB
Gaya sapeurs, kelompok La Sape di Kongo. (Youtube).
Gaya sapeurs, kelompok La Sape di Kongo. (Youtube).

Di kota miskin di negara miskin di benua miskin, ada sekelompok orang dengan tujuan tunggal, terlihat kaya. Hal ini terjadi di Kongo, Afrika, dimana ada kelompok bernama La Sape yang memperlihatkan gaya pakaian branded meski hidupnya serba kekurangan.

Komunitas Le Sape ini secara individu disebut sapeurs atau anggota Societe des Ambianceurs et des Personnes Elegantes (Masyarakat Pembuat Taste dan Orang Elegan). Ketika mereka keluar, mereka mengubah jalan-jalan Brazzaville, ibu kota Republik Kongo, menjadi landasan mode.

Mereka mewujudkan gaya ramah tamah yang elegan dengan menggunakan setelan three-pieces, kaus kaki sutra, topi fedora, dan tongkat. Semuanya pun berharga trendi yang mereka beli meski besoknya harus makan yang sederhana.

Darimana gaya ini bisa muncul? Ternyata emulasi dari Perancis

-
Gaya sapeurs, kelompok La Sape di Kongo. (Youtube).

Mengutip situs npr.com, seorang fotografer menceritakan awal mula gaya ini muncul di Kongo.

"Pada awal abad ke-20, ketika Prancis tiba di Kongo, mitos keanggunan Paris lahir di kalangan pemuda kelompok etnis Bakongo," kata fotografer Spanyol Hector Mediavilla.

Pria Kongo yang bekerja untuk penjajah Prancis, atau yang menghabiskan waktu di Prancis, mulai mengadopsi keanggunan busana dan pengaruh aristokrat negara itu.

Di masa kini, para sapeurs di Brazzaville menghabiskan banyak uang untuk pakaian parlentedan sepasang sepatu buaya seharga kisaran US$1,300(Rp19 juta) dan US$3,900 (Rp56 Juta). Mereka membuat keompoknya terlihat seperti bangsawan di tengah kemiskinan parah negara mereka yang dilanda perang.

Gaji rendah dan barang second.

Menurut Bank Dunia, 46,5 persen orang Kongo hidup pada atau di bawah garis kemiskinan nasional. Pendapatan nasional bruto per kapita negara itu adalah US$3,240 (Rp46 juta), menurut Organisasi Kesehatan Dunia yang setaran dengan harga sepatu pantopel branded dari kulit buaya.

"Bagi beberapa [sapeur] ini adalah obsesi," kata Mediavilla.

Sang fotografer menyebutkan bila beberapa  sapeur yang ia temui adalah tukang listrik, bekerja di toko kecil atau sebagai agen pemasaran untuk butik mode.  hampir tidak ada profesi yang mendukung untuk mereka hidup mewah seperti itu.

"Tapi mereka juga bisa mendapatkan [barang] bekas atau membeli dari seorang teman, karena tidak semua orang siap menghabiskan uang sebanyak itu untuk pakaian mereka."

Bukan sekedar konsumerisme yang mencolok, tapi kreativitas untuk hidup percaya diri.

-
Gaya sapeurs, kelompok La Sape di Kongo. (Youtube).

Bagi para sapeurs, kreativitas sangat penting. Khususnya untuk tampil luar biasa.

"Ini bukan hanya tentang menghabiskan banyak uang untuk pakaian, tetapi juga cara mereka berbicara, cara mereka bergerak. Ini adalah cara menampilkan hidup mereka dan menjadi seseorang dalam masyarakat yang tidak memberi Anda banyak kesempatan. Ini tentang [menjadi] percaya diri pada diri sendiri terlepas dari keadaannya," kata Mediavilla.

Sapeurs juga pasifis, kata Mediavilla: "Anda harus menghormati orang lain. Anda tidak boleh agresif."

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X