Sebelum heboh digempur oleh Rusia, negara Ukraina sendiri memiliki sejarah panjang untuk kemerdekaannya. Ukraina sendiri memang memiliki sejarah dan budaya yang mendalam dari Rusia.
Upaya Ukraina untuk membuang dominasi Rusia di wilayahnya dalam beberapa tahun terakhir justru mengakibatkan hilangnya nyawa dan wilayah negara Andriy Shevchen itu. Kini, Ukraina harus menghadapi kembali tekanan dari Rusia akibat keputusannya bergabung ke NATO.
Baca Juga: Ukraina Ditinggal Sendirian Lawan Rusia, 137 Warga Tewas pada Hari Pertama Perang
Dikutip dari History, berikut jejak perjuangan dari Ukraina untuk merdeka hingga mendapat invasi kembali dari Rusia.
- 1991
Ukraina mulai mendeklarasikan kemerdekaannya saat Uni Soviet runtuh pada Agustus 1991. Ukraina pun diakui sebagai negara merdeka oleh negara lainnya pada Desember 1991.
- 1994
Sebenarnya rencana Ukraina bergabung ke NATO sudah dipersiapkan sejak tahun ini. Namun Ukraina hanya bergabung dalam kemitraan kolaboratif saja yakni dengan menyerahkan persenjataan nuklirnya dengan imbalan perjanjian yang ditandatangani oleh Rusia, AS dan Inggris untuk melindungi kedaualatannya.
- 2003/2004
Konfil Ukraina dimulai saat sengketa di pemilu Georgia pada tahun 2003 dan Ukraina pada tahun 2004 memicu "Revolusi Mawar" Georgia dan "Revolusi Oranye" Ukraina yang memprotes korupsi dan pengaruh Rusia.
- 2008
Ukraina mulai memfokuskan diri untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa. Sementara Rusia mendukung separatis di wilayah Abkhazia dan Ossetia Selatan yang memisahkan diri.
- 2014
Para separatis pro-Rusia menguasai sebagian wilayah timur Ukraina, Donetsk dan Luhansk. Perjanjian damai Minsk II 2015 memadamkan beberapa kekerasan tersebut.
- 2019/2020
Pada tahun 2019 Ukraina meloloskan amandemen konstitusi untuk mengejar keanggotaan NATO dan UE. Tahun berikutnya Ukraina menjadi NATO Enhanced Opportunities Partner, bekerja sama dalam misi dan latihan.
- 2021/2022
Presiden Vladimir Putin, melancarkan aksinya untuk membangun kehadiran militer besar-besaran di sepanjang perbatasan Ukraina. . Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukan ke bagian Donetsk dan Luhansk yang dikuasai para separatis dan mengakui wilayah-wilayah tersebut sebagai wilayah merdeka.