Sejak zaman dahulu hingga sekarang, para arkeolog sudah banyak menemukan kapal-kapal yang karam di dalam laut. Dari catatan UNESCO sendiri, ada tiga juta bangkai kapal yang ditemukan di dasar laut sejak ribuan tahun lamanya.
Yang anehnya, setiap ditemukan para arkeolog mampu mengidentifikasi dan menyimpulkan siapa pemilik kapal yang karam tersebut. Lah, kok bisa?
Dilansir National Geographic, para arkeolog menggaet teknologi terbarukan untuk membantu mencari kapal yang telah lama hilang. Kapal-kapal ini disebut menghilang lantaran dua faktor yakni dilanda badai hingga sabotase.
Baca Juga: Peneliti Temukan Bangkai Kapal Penangkap Paus Abad ke-19, Begini Penampakannya
Dengan mengandalkan catatan dokumen atau artikel berita di masa lalu bisa menjelaskan lokasinya. Teknik modern seperti sonar gelombang suara dan LiDAR yang menggunakan laser juga memungkinkan untuk pemetaan dasar laut dan objek yang ada.
Misalnya, tahun 2002 dan 2004, tim penyelam Australia berhasil menemukan HNLMS Java, HNLMS De Ruyter, dan HNLMS Kortenaer di Laut Jawa, beberapa kilometer dari Gresik, Jawa Timur.
Kapal-kapal tersebut adalah jejak tentara Belanda dan Sekutu selama Perang Dunia II di Hindia Belanda yang kandas akibat serangan militer Jepang.
Dokumen catatan atau artikel di masa lalu tersebut tak hanya memberikan petunjuk mengenai lokasi hilangnya kapal melainkan juga memberitahukan tentang siapa pemilik kapal tersebut.
Misalnya, kapal Van Der Wijck, punya dokumen yang menjelaskan tentang tinggi, berat, dan spesifikasinya. Kabar dari De Telegraaf juga mengabarkan tentang lokasi tenggelamnya di Perairan Lamongan, 12 mil dari Pantai Brondong pada Kamis 22 Kotober 1936.
Di lain kasus, jika tak ada catatan mengenai kapal karam tersebut parta peneliti bisa menganalisis ciri fisik dari bangkai kapal-kapal yang ditemukan.
Tentunya para arkeolog yang menganalisis mengenai kapal-kapal tersebut mendalami ilmu sejarah dan juga bentuk gaya pembuatan masing-masing negara yang berbeda-beda.
