Seseorang biasanya akan menggigil saat terpapar udara dingin, baik itu di ruangan ber-AC, di laut atau bila pakaian tidak sengaja menjadi basah dan lembab.
Reaksi menggigil ini adalah hal yang normal. Namun, mengapa dan bagaimana hal kedinginan bisa terjadi?
Seorang dokter darurat di Lenox Hill Hospital di New York City, dr Robert Glatter mengatakan, untuk mencegah hipotermia, otak memonitor tingkat panas tubuh dengan sangat dekat.
Jika permukaan kulit menjadi terlalu dingin, reseptor kulit mengirim sinyal ke hipotalamus yang tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan tubuh dalam keadaan stabil dengan membantu mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar hingga suasana hati.
Nah, salah satu trik untuk menghangatkan hipotalamus tersebut adalah menggigil. Menurut para peneliti di Oregon Health & Science University, kontraksi dan ekspansi ini mungkin tidak hanya membuat anggota tubuh kita gemetar, tapi juga menyebabkan otot rahang ikut berkedut.
Baca juga: Aksi Nekat Biksu Vietnam Bakar Diri di Tengah Perang Tahun 1963 Bikin Gempar Dunia!
Meski sebagian besar energi diubah menjadi gerak, sebagian besar hilang sebagai panas. Mengigil sendiri bergantung pada proses ini untuk menghangatkan tubuh.
Menggigil adalah situasi yang berbeda dengan jenis gemetar yang mungkin sering terjadi pada tubuh kita.
Menggigil dalam konteks ini adalah efek dari sisa adrenalin yang mengalir melalui pembuluh darah kita dan ke seluruh tubuh. Gula darah rendah juga menyebabkan pelepasan adrenalin.
Selain itu, menggigil juga berbeda dengan tremor, jenis gemetar yang kadang terlihat pada gangguan neurologis seperti penyakit parkinson. Tremor adalah kontraksi otot yang tidak disengaja dan bisa menyebabkan gerakan kaki, kepala dan serutuh tubuh.
