Bangsa Mesir Kuno sering kali menjadi bahan penelitian untuk para arkeolog. Dimulai dari kematian dan kehidupan setelahnya menjadi salah satu obsesi dari bangsa Mesir Kuno. Selama era dari Pra-Dinasti dan Dinasti Awal Mesir, terdapat beberapa bukti pengorbanan manusia untuk tujuan pemakaman sang Firaun.
Di mana, pelayan dikuburkan bersama tuannya dengan tujuan agar dapat terus melayani mereka bahkan sampai ke akhirat. Praktik ini pun dihentikan karena dirasa sia-sia. Alih-alih mengorbankan para pelayan, keberadaan dari pelayan di alam baka pun dilakukan secara simbolis dengan memberikan lukisan dan relief di makam.
Salah satunya adalah Shabti yang merupakan patung pemakaman yang digunakan orang Mesir Kuno sebagai simbol pelayan. Patung ini nantinya ditempatkan di dalam makam di antara bekal kubur. Shabti sendiri hadir dengan ukuran 5-30 cm, dengan hanya pelayan khusus yang berukuran lebih besar.
Terdapat beberapa Shabti paling awal yang diketahui ditemukan di kompleks pemakaman dari Nebhepetre Mentuhotep II. Nebhepetre Mentuhotep II sendiri adalah penguasa Dinasti Kesebelas yang dianggap sebagai Firaun pertama dari Kerajaan Tengah pada Deir el-Bahri, Thebes.
Penemuan Shabti itu dilengkapi dengan perlengkapan kecil yang akan membantu menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan untuk mereka ketika berada di akhirat. Selain itu, terdapat pekerjaan lain yang juga akan dilakukan para Shabti, seperti memasak, membantu tuannya, hingga dengan pertukangan.
Arti dari Shabti sendiri masih menjadi perdebatan untuk saat ini. Tetapi salah satu terjemahan yang mungkin menjadi jawaban adalah 'penjawab'. Ini dikarenakan para Shabti diyakini akan menjawab panggilan dari tuannya untuk bekerja di akhirat.
Patung Shabti sendiri adalah salah satu benda paling umum dari peninggalan bangsa Mesir Kuno yang dapat dilihat hingga saat ini. Ini dikarenakan ukurannya yang kecil dan bobotnya yang ringan. Karena itu, Shabti sering kali dijadikan oleh-oleh untuk wisatawan.
