Benarkah Kecepatan Bersih Manusia Mencapai 100 Meter Per Detik? Ini Fakta yang Benar

- Selasa, 11 Januari 2022 | 21:39 WIB
Ilustrasi bersin. (Photo/Pupolar Science)
Ilustrasi bersin. (Photo/Pupolar Science)

Perkiraan lawas menyebutkan bahwa kecepatan bersin kira-kira 100 meter per detik atau 360 kilometer per jam, tampaknya hal tersebut cukup berlebihan.

Dilansir dari Popular Science, Selasa (11/1/2022), angka itu berasal dari seorang peneliti abad pertengahan bernama William Firth Wells. 

Ia menganalisis ukuran tetesan udara dari bersin dan kemudian menyimpulkan kecepatan di mana udara harus melakukan perjalanan melintasi permukaan cairan untuk membentuknya.

Sosok Wells telah kenal selama bertahun-tahun tetapi dirinya tidak pernah mencoba secara langsung penelitian itu di laboratorium.

“Saya pikir orang telah menunggu seseorang untuk datang dan menghilangkan prasangka itu,” kata Julian Tang, ahli virologi medis di Alberta Provincial Laboratory for Public Health, Edmonton.

Tang dan rekan-rekannya kemudian menggunakan kamera berkecepatan tinggi untuk mengambil gambar bersin yang disebabkan oleh merica dari enam sukarelawan.

Baca juga: Mengenang Pertempuran Tarakan 80 Tahun Lalu: Jepang dan Belanda Duel Demi 'Sumur'

Tim peneliti kemudian menangkap setiap bersin dengan memposisikan sukarelawan di depan cermin cekung dan kemudian menyorotkan sinar LED ke arahnya.

Udara hangat dari bersin memiliki indeks bias yang berbeda dari udara ambien yang lebih dingin, sehingga LED yang dipantulkan melengkung secara berbeda. Kamera merekam perubahan dan ilmuwan dapat memetakan bersin.

Studi ini menemukan bahwa kecepatan maksimum bersin tidak mendekati 100 meter per detik, tetapi mencapai ketinggian 4,5 meter per detik atau 16,2 kilometer per jam.

Kecepatan itu juga sebanding dengan kecepatan udara yang dikeluarkan oleh batuk dan batuk yang hebat dapat mendorong volume udara yang lebih besar, yang membutuhkan lebih banyak kekuatan.

“Bersin itu benar-benar berasal dari saluran pernapasan bagian atas Anda,” jelas Tang.

Tang, yang melakukan studinya di Singapura, mengakui bahwa angka-angkanya mungkin akan berbeda jika dia memilih mata pelajaran yang berbeda.

“Semua data saya berasal dari siswa Asia yang agak kurus ini. Jika seseorang melakukan ini di lingkungan Amerika Utara, dengan kerangka tubuh yang lebih besar yang mereka miliki di sini, mereka mungkin menemukan kecepatan yang lebih tinggi,” ungkap Tang.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Fakta dan Mitos Tahun Kabisat yang Kamu Harus Tau

Rabu, 28 Februari 2024 | 12:25 WIB
X