Pada abad ke-19, ketika para arkeolog menggali dua kota era Romawi kuno, Pompeii dan Herculaneum, mereka menemukan ada banyak karya seni erotis di sana-sini.
Mulai dari patung dewa telanjang hingga lukisan dinding yang memperlihatkan pasangan sedang bersenggama.
Pertanyaannya, mengapa orang-orang di era Romawi kuno sangat terobsesi dengan sebuah karya seni erotis?
Dilansir Smithsonianmag, karya seni erotis di era Romawi kuno, khusus di Pompeii itu muncul karena pengaruh dari orang Yunani yang memiliki ciri khas seni yang banyak memperlihatkan ketelanjangan.
"Erotisisme ada di mana-mana … berkat pengaruh orang-orang Yunani, yang seninya banyak menampilkan ketelanjangan,” kata Gabriel Zuchtriegel, direktur The House of Leda dan the Swan fresco kepada London Times.
Sementara itu, kurator pameran Maria Luisa Catoni mengatakan bahwa penggambaran Pompeii tentang seks dan ketelanjangan merupakan cara untuk menyampaikan nilai-nilai budaya yang menjadi bagian dari budaya tinggi yang lebih besar yang dicontohkan oleh pendahulu Romawi, orang Yunani kuno.
Pada saat di era politeisme, bukan Kekristenan adalah norma kesenangan seksual yang dianut dengan bangga oleh dewa-dewa yang disembah orang Romawi merupakan alasan untuk dirayakan.
"Orang Yunani mendekati bentuk manusia tanpa merasa bahwa ketelanjangan pada dasarnya memalukan,” tulis Geoffrey R. Stone, penulis Sex and the Constitution di Washington Post pada 2017.
"Sebaliknya, lingga adalah simbol kesuburan yang kuat. , sebuah tema sentral dalam agama Yunani," tambah dia.
