Siapa sangka, penduduk Eropa zaman klasik sangat tak peduli dengan kebersihan. Mereka enggan mandi karena alasan yang bagi orang sekarang tentu konyol.
Dikutip dari History Collection, tak semua penduduk Eropa zaman klasik memiliki saluran air pribadi. Hanya orang-orang kaya dan di biara-biara saja yang memiliki saluran sanitasi.
Sebaliknya, bagi orang-orang miskin di kota mengandalkan air hujan. Mereka menampungnya dan membawa masuk ke rumah.
Orang kaya yang memiliki saluran air sendiri, juga hanya sedikit yang menggunakan cairan (seperti sabun) untuk membersihkan tubuh.
Mereka menggunakan sabun untuk mencuci pakaian dan badan hanya pada hari-hari khusus.
Meski pada kenyataannya orang-orang elite Eropa gemar berendam diri, namun dalam agama mereka itu dianggap dosa, sebab bermanja diri dalam kesia-siaan. Alhasil, banyak yang kemudian mengesampingkan mandi hingga tubuhnya bau busuk.
Baca juga: Rahasia Kecantikan Ratu Mesir Cleopatra Paling Melegenda, Ritual Mandi Susu Kedelai!
Air Jelmaan Iblis
Selain stereotip keagamaan, orang Eropa juga menjadikan cuaca buruk sebagai alasan enggan mandi. Cuaca yang ekstrim saat musim dingin membuat mereka malas menyentuh air.
Selain itu ada juga takhayul yang melingkupi kepercayaan Eropa klasik. Di mana mereka menganggap ada jenis air berbahaya yang menyebabkan penyakit.
Menurut mereka air itu jelmaan iblis yang mengganggu ketenangan hidup. Karena itulah praktik higienis semakin menurun di Eropa hingga kemudian tubuh mereka menjadi bau busuk.
Baca juga: Zaman Mesir Kuno Sunat Dilakukan oleh Pendeta yang Punya Kuku Jompol Dilapisi Emas
Pondok Sauna Klasik
Sebagai gantinya mereka kemudian mengenal sauna klasik. Sauna Eropa awal ini agak mirip dengan pondok keringat penduduk asli Amerika.
Sauna, dalam bentuknya yang paling asli, adalah ruangan kecil dengan air yang dilemparkan ke bebatuan panas. Itu telah ada di Eropa utara jauh sebelum sejarah tercatat.
Pengembara yang kemudian menjadi Skandinavia mungkin menggunakan sauna portabel yang serupa dengan yang terlihat di antara suku nomaden modern di Asia Tengah. Mereka menggali lubang di tanah dan menyalakan api di luar lubang.
Batu-batu ditempatkan ke dalam kayu bakar yang menyala-nyala. Batuan panas kemudian dilemparkan ke tengah lubang, para pemandian berkumpul di sekitar batu yang dipanaskan, dan terpal menutupi pemandian dan lubang untuk menciptakan tempat yang hangat untuk mandi uap.