Perang Salib II, Dipicu oleh Jatuhnya Kerajaan Kota Edessa

- Rabu, 1 April 2020 | 20:46 WIB
Ilustrasi Perang Salib II. (Pinterest/Rose Divine)
Ilustrasi Perang Salib II. (Pinterest/Rose Divine)

Setelah Perang Salib I berakhir pada tahun 1096 M, para memimpin Eropa membagi Yerusalem menjadi empat kerajaan kota, yaitu Antiokhia, Edessa, Tripoli, dan Yerusalem. Berdirinya kerajaan-kerajaan Kristen di sepanjang pesisir Lebanon tersebut membuat para pemimpin Muslim di sana tidak senang dan memutuskan untuk merebut kembali wilayah tersebut.

Hingga pada tahun 1144 M, seorang jenderal dari pasukan Turki Seljuk yang bernama Imaddudin Zengi berhasil memimpin pasukannya untuk merebut Kerajaan Kota Edessa. Di antara keempat kerajaan Kristen yang ada, Edessa menjadi pusat serangan pasukan Muslim karena Kerajaan Edessa terletak di bagian paling utara berdekatan dengam wilayah Muslim. Selain itu kerajaan tersebut memang merupakan kerajaan yang paling lemah dengan penduduk yang juga sedikit.

Jatuhnya Kerajaan Kota Edessa inilah yang menjadi pemicu Perang Salib II yang nantinya berlangsung antara tahun 1147 hingga 1149 M. Perang Salib II ini diserukan oleh pemimpin tertinggi umat Kristiani pada saat itu, yaitu Paus Eugene III yang merupakan pengganti dari Paus Urbanus II. Tujuan dari Perang Salib ini adalah untuk merebut kembali Edessa dari tangan pasukan Muslim.

Kemudian, untuk pertama kalinya Perang Salib dipimpin langsung oleh raja-raja dari Eropa. Pasukan utama dalam Perang Salib II terdiri dari dua pasukan utama, yaitu pasukan dibawah pimpinan Raja Muda Prancis bernama Louis VII, dan pasukan Jerman di bawah kekuasaan Raja Conrad III.

Dengan tambahan pasukan dari beberapa kaum bangsawan Eropa, kedua pasukan utama di bawah pimpinan Louis VII dan Conrad III tersebut memilih untuk menempuh jalur dan waktu yang berbeda untuk menuju ke Yerusalem.

-
Ilustrasi Perang Salib II. (Chronozoom)

Dari awal ekspedisi hingga akhir peperangan, kedua pasukan utama pasukan Perang Salib II tersebut mengalami banyak hambatan dan kekalahan. Setelah memasuki wilayah Asia Kecil, pasukan Jerman yang dipimpin Conrad III yang memang lebih dulu berangkat menuju Yerusalem mengalami kekalahan setelah dihadang oleh pasukan Turki Seljuk. Mereka memutuskan untuk kembali dan beristirahat sementara di Konstantinopel, Ibukota dari Kekaisaran Bizantium.

Kemudian pasukan Prancis yang dipimpin oleh Louis VII sebelum tiba di Yerusalem bertemu dengan sisa pasukan Jerman dan memutuskan untuk bergabung. Sesampainya di Asia Kecil, lagi-lagi pasukan Perang Salib diadang oleh pasukan Muslim dan mengalami beberapa kekalahan hingga akhirnya tiba di Yerusalem.

Setibanya di Yerusalem pada tahun 1148 M, bukannya melaksanakan tujuan utama Perang Salib II yaitu merebut kembali Edessa, Louis VII, di bawah pengaruh para pemimpin lokal Yerusalem, justru memutuskan untuk menyerang Damaskus karena berbagai alasan.

Tampaknya keberuntungan tak berpihak pada pasukan Salib karena niat mereka untuk menyerang Damaskus telah diketahui oleh pasukan Muslim. Akhirnya mereka pun dikalahkan oleh pasukan Muslim di tengah jalan.

Jadi, kekalahan demi kekalahan yang dialami bangsa Eropa dalam Perang Salib II ini menjadi awal mula kembali bangkitnya umat Muslim dan nantinya berhasil merebut kembali Yerusalem dari tangan umat Kristiani Eropa. Bahkan hal tersebut menjadi faktor pemicu terjadinya Perang Salib III pada akhir abad ke-12 M.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Fakta dan Mitos Tahun Kabisat yang Kamu Harus Tau

Rabu, 28 Februari 2024 | 12:25 WIB
X