Menilik Sejarah Uang Panai Suku Bugis Makassar

- Senin, 24 Februari 2020 | 08:15 WIB
Ilustrasi. (Envatoelements/Vell)
Ilustrasi. (Envatoelements/Vell)

Suku Bugis Makassar memiliki kebudayaan unik yang tetap ada hingga kini, salah satunya paniak. Paniak disebut juga uang panai. Tradisi tersebut dilakukan ketika hendak melangsungkan proses pernikahan.

Uang panai merupakan mahar yang diberikan pria jika ingin melamar gadis idamannya. Sejak dulu hingga kini tradisi ini masih dipakai.

Dilansir dari berbagai sumber, Senin (24/2/2020), uang panai memiliki kelas sesuai dengan strata si gadis, mulai dari keturunan bangsawan, pekerjaan, kecantikan hingga pendidikannya.

Misalnya, jika gadis yang akan dilamar memiliki pendidikan sebagai sarjana strata 1, harga panai akan lebih mahal dari gadis lulusan SMA. Sedangkan wanita lulusan S2 akan jauh lebih mahal dari lulusan S1.

Katakanlah jika harga panai untuk lulusan SMA adalah Rp50 juta, maka harga gadis S1 menjadi Rp75-Rp100 juta. Sedangkan untuk wanita berketurunan bangsawan, harga panai bisa mencapai miliaran rupiah.

-
Ilustrasi. (Instagram/@isabellaishak)

 

Lalu mengapa uang panai mahal?

Konon zaman dulu, para orang tua ingin melihat keseriusan pria yang ingin melamar anak gadisnya. Sehingga para pria akan betul-betul berusaha mengupayakan uang panai untuk mendapatkan gadis idamannya.

Meski demikian, nilai dari uang panai biasanya masih bisa didiskusikan oleh keluarga calon mempelai.

Sebelumnya ramai diberitakan, momen lamaran anak Bupati Jeneponto Iksan Iskandar, Irma Dwiyani Iksan dengan anak Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa, Fachry Pahlevi Konggoasa, menjadi perbincangan karena nilai maharnya fantastis. Irma diberi mahar berupa tanah penuh nikel seluas 12,5 hektar, 30 ekor sapi, dan tiga kerbau. Total maharnya (uang panai) ditaksir mencapai Rp13 miliar.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X