Legenda Pulau Senua di Natuna

- Selasa, 14 Januari 2020 | 11:20 WIB
Pulau Senua. (Tripadvisor/Naen Noan)
Pulau Senua. (Tripadvisor/Naen Noan)

Senua atau Sanua merupakan pulau terluar yang terletak di perairan Laut China Selatan dan berbatasan dengan Malaysia Timur.

Pulau Senua ini terletak di ujung tanjung Senubing Tanjung Bunguran Timur, Natuna. Kata Sanua diambil dari bahasa setempat, yang artinya berbadan dua.

Dari cerita rakyat yang dilansir Kemdikbud, konon Pulau Senua merupakan inkarnasi wanita hamil yang bernama Mai Lamah. Mai Lamah adalah istri dari Baitusen. Mereka sepasang suami-istri yang hidup miskin.

Mereka memutuskan untuk pindah ke Pulau Bunguran karena daerah tersebut terkenal memiliki banyak kekayaan laut, terutama karang dan siput.

Baitusen bekerja sebagai nelayan. Sedangkan Mai Lamah, membantu suaminya membuka kulit kerang untuk dibuat perhiasan. Warga sekitar mengenal Mai Lamah sebagai sosok yang baik.

Pada suatu hari, Baitusen menemukan sebuah lubuk teripang, di mana terdapat ribuan ekor teripang di dalamnya. Sejak menemukan lubuk teripang, Mai Lamah dan suaminya menjadi nelayan kaya raya.

Mai Lamah berubah menjadi sosok yang angkuh dan sombong. Ia tidak mau lagi bergaul dengan warga setempat karena merasa jijik. Pernah suatu ketika, warga bernama Mak Semah yang merupakan seorang bidan setempat meminta Mai Lamah membantunya untuk meminjamkan beras. Namun, bukannya beras yang Mak Semah peroleh, melainkan cibiran.

-
Pulau Senua. (Tripadvisor/Naen Noan)

 

Sejak saat itu, para warga menjauhi Mai Lamah dan enggan bergaul dengannya. Hingga suatu ketika, giliran Mai Lamah yang membutuhkan pertolongan warga. Ia hendak melahirkan.

Baitusen telah berkali-kali meminta bantuan Mak Semah dan warga lainnya, tetapi tak seorang pun yang bersedia menolong. Mereka sakit hati karena sering dicemooh oleh istrinya, Mai Lamah.

Baitusen kemudian mengajak istrinya ke kampung seberang untuk mencari bidan. Namun, perahu yang dikayuhnya dihantam ombak besar. Perahu itu oleng kemudian terbalik dan tenggelam.

Tubuh Mai Lamah kemudian tenggelam karena badannya yang berat karena kandungan serta emas yang dipakainya, seperti gelang, cincin, liontin emas dan berlian.

Namun, Mai Lamah masih bisa memegang suaminya. Mereka pun akhirnya selamat dan sampai di tepi pantai. Namun ruoanya, bumi Bunguran tidak mau lagi menerima kehadiran Mai Lamah.

Tubuh Mai Lamah pun akhirnya mengeras bagai batu dalam keadaan berbadan dua. Sedangkan emas yang dipakainya berubah menjadi burung walet bersarang putih.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Fakta dan Mitos Tahun Kabisat yang Kamu Harus Tau

Rabu, 28 Februari 2024 | 12:25 WIB
X