Ranavalona I merupakan seorang penguasa kerajaan Madagaskar dari tahun 1828 hingga 1861. Dirinya naik menjadi penguasa setelah kematian suaminya Radama I.
Meskipun sebagai penguasa wanita namun dirinya dikenal dalam sejarah sebagai ratu dengan tindakan brutal dan berdarah pada rakyatnya.
Dirinya membuat orang-orang takut dengan siksaan mengerikan dan hukuman berat yang dijatuhinya.
Ranavalona I bahkan disebut sebagai "Bloodthirsty Queen" atau ratu haus darah selama pemerintahannya yang lebih dari 3 dekade itu.
Siapa saja yang melakukan pengkhianatan meski keluarga bangsawan kerajaan sekalipun akan dibunuh oleh sang ratu.
Secara khusus, Ratu Ranavalona I menunjukkan kezalimannya saat memerintahkan penangkapan dan eksekusi segala potensi ancaman terhadap takhta.
Agar rakyatnya di Madagaskar mematuhi semua perintahnya, Ranavalona I menerapkan hukuman kejam bagi pelanggar hukum seperti menggantung tahanan secara terbalik selama berhari-hari di tebing yang curam.
Akibat kebijakan-kebijakannya, Ranavalona menuai kecaman dari orang-orang Eropa yang sezaman dengannya, dan ia digambarkan sebagai seorang tiran atau bahkan 'orang gila'.
Menurut penelitian para ahli, sekitar 50% penduduk Madagaskar (sekitar 2,5 juta) meninggal pada masa pemerintahan Ratu Ranavalona I.
Pada 16 Agustus 1861, Ranavalona meninggal dunia di istana Manjakamiadana di Rova Antananarivo. Dua belas ribu zebu (sejenis sapi berpunuk) disembelih dan dagingnya dibagikan kepada warga untuk menghormati mendiang sang ratu, dan masa berkabung resmi berlangsung selama sembilan bulan.
Kekuasaannya digantikan oleh sang putra, Radama II yang kemduian membatalkan sejumlah kebijakan tradisionalis ibunya.
