Jika diperhatikan, tisu toilet selalu berwarna putih, baik di toilet umum atau toilet di rumah sendiri.
Lantas kenapa hanya warna putih yang digunakan?
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa tisu toilet terbuat dari serat selulosa yang berasal dari pohon atau kertas daur ulang.
Pembuatan tisu diawali dengan membuat tisu mentah dari bubur kayu sama seperti jenis kertas lainnya.
Kemudian, bubur kayu diberi hidrogen peroksida atau klorin untuk membuatnya menjadi lebih putih.
Menurut David Altemir, seorang konsultan yang bekerja dengan pabrik tisu toilet di Amerika Serikat, proses pemutihan ini lebih dari sekadar untuk keindahan, tapi juga untuk menghilangkan zat lignin dan melembutkan tisu.
Serat selulosa sebenarnya juga berwarna putih alami, tapi lem yang mengikat membuat mereka menjadi cokelat.
Warna cokelat itu kemudian menghilang karena pemutih.
Jadi, warna putih itu bukan hanya disebabkan oleh proses, tetapi juga bahan baku yang membuat tisu toilet berwarna putih.
Ditambah lagi tisu toilet yang terbuat dari kertas daur ulang sebagian besar menggunakan limbah kantor atau kertas printer, yang pada dasarnya sudah berwarna putih.
Meskipun serat yang diputihkan menghasilkan tisu yang lembut, serat yang tidak diputihkan dan didaur ulang juga dapat membuat tisu berkualitas tinggi juga.
Meskipun tisu toilet putih seperti ini adalah hal yang sangat umum, tisu toilet berwarna pernah populer di masa lalu.
Pada tahun 1950, orang-orang bahkan akan menyesuaikan warna tisu toilet mereka dengan warna kamar mandi.
Namun, popularitas tisu toilet berwarna menurun karena kekhawatiran tentang keamanan pewarna untuk kulit dan lingkungan.
