Untuk saat ini, perhatian dari COVID-19 telah beralih kepada varian yang lebih kuat yaitu varian Delta, yang merupakan jenis virus SARS-CoV-2 yang sangat menular, pertama kali diidentifikasi di India pada bulan Desember. Virus ini kemudian menyebar cepat melalui negara India dan Inggris Raya, yang telah menyebabkan meningkatnya jumlah infeksi dan kematian.
Kasus Delta pertama di Amerika Serikat sendiri didiagnosis pada beberapa bulan yang lalu, dan sekarang kasus telah berlipat ganda dengan cepat. Melihat hal itu, spesialis penyakit menular pedriatik Yale Medicine dan ahli vaksin yaitu Inci Yildrim ngaku tidak terkejut dengan apa yang terjadi.
"Semua virus berevolusi dari waktu ke waktu dan mengalami perubahan saat mereka menyebar dan bereplikasi," katanya.
Tetapi, terdapat satu hal yang unik mengenai Delta adalah seberapa cepat penyebarannya. Ini diungkapkan oleh F. Perry Wilson, salah seorang ahli epidemiologi dari Yale Medicine. Dari apa yang kita ketahui sejauh ini, orang yang divaksinasi terhadap virus corona tampaknya aman dari Delta, tetapi siapapun yang tidak divaksinasi dan tidka mempraktikkan pencegahan berisiko terinfeksi varian baru ini.
Delta sendiri telah membuat lebih dari 20 persen kasus di AS, menurut perkiraan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC. Jumlah itu meningkat dengan cepat, dorong prediksi bahwa strain akan segera menjadi varian dominan di Amerika Serikat.
"Sebenarnya cukup dramatis bagaimana tingkat pertumbuhan akan berubah," kata Wilson.
"Dalam lingkungan yang benar-benar tak tanggung-tanggung - di mana tidak ada yang divaksinasi atau memakai masker - diperkirakan rata-rata orang yang terinfeksi jenis virus corona asli akan menginfeksi 2,5 orang lainnya," lanjutnya.
"Jadi, apa yang tampaknya tingkat infektivitas yang cukup sederhana dapat menyebabkan virus mendominasi dengan sangat cepat - seperti yang kita lihat sekarang. Delta mengungguli yang lainnya dan menjadi strain yang dominan." katanya.
