Batu Termanu merupakan obyek wisata alam yang terkenal di Kecamatan Rote Tengah, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Bagi penduduk Rote Ndao, Batu Termanu menyimpan kisah memilukan sekaligus dianggap sebagai batu pendatang rezeki maupun tempat pemujaan.
Keunikan Batu Termanu
Batu Termanu merupakan nama untuk dua batu yang letaknya berjauhan. Batu pertama yang dikenal dengan sebutan batu Su'a Lai terletak di tanjung, sementara batu lainnya yang bernama Batu Hun berada di laut lepas.
Batu Su’a Lai dipercaya sebagai batu perempuan yang berdiri kokoh menjulang tinggi di dataran Pantai Leli, Kelurahan Onatali. Sementara batu Hun terletak di lautan Fopo.
Baca Juga: Misteri Batu dari Vietnam "Berpindah" Sampai ke Pulau Rote, Konon Bisa Datangkan Rezeki
Obyek wisata Batu Termanu menawarkan keindahan alam perbukitan, savana dan panorama laut yang memesona. Savananya berupa perbukitan yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan seperti damar merah, lontar dan bidara. Hewan seperti kerbau, kambing dan kuda sering kali ditemui di area savana yang hijau saat musim hujan dan kecoklatan saat musim kemarau.
Sementara keindahan laut Batu Termanu tercermin dari kekayaan terumbu karang dan bebatuan karang berbagai bentuk dan warna yang memukau.
Misteri Batu Termanu yang konon sering berpindah-pindah
Dibalik keindahannya, Batu Termanu ternyata menyimpan kisah memilukan.
Konon kedua batu ini merupakan perwujudan dari sepasang batu lelaki dan perempuan yang dikenal dengan nama Batu Su’a Lai Modo (perempuan) dan Batu Hun Hate (Laki-laki). Kedua batu ini berasal dari Timau, Amfoang, Kabupaten Kupang-NTT.
Konon, pecahan batu Su’a Lai merupakan Fatuleu, sementara pecahan batu Hun adalah Timau. Karena dipicu konflik harta pustaka, kedua batu ini memilih untuk mengembara.
Mereka melakukan perjalanan ke arah selatan, menyinggahi sebuah pulau kecil dengan sebutan "Lolo Neo Do Tenu Hatu" yang merupakan sebutan lain untuk pulau Rote yang berarti Pulau Kegelapan.
Di pulau Rote mereka mampir ke semua daerah (Oepao, Landu, Lelenuk, Talae, Keka, Lole, Ba'a, Lelain, Thie, Oenale, Dela, Dengka), tapi kehadiran batu ini tidak mendapat perhatian sehingga kedua batu tersebut berpindah lagi dan menyusuri sisi lain, dengan berjalan ke sebelah utara dan singgah di Nusak Pa'da atau yang lebih dikenal dengan nama Termanu.
Saat sampai di Termanu, masyarakat begitu antusias dengan kehadiran mereka dengan kebiasaan mereka yang sering berpesta pora. Setelah beberapa lama menetap, kedua batu memutuskan untuk berpetualang ke tempat lain. Ketika mereka akan berangkat, masyarakat Termanu sangat terpukul dan mendesak sang Manek atau Raja agar memohon kepada sepasang batu untuk menetap.
Sang Raja bersumpah dalam janjinya, bahwa dirinya dan keturunannya akan terus setia menjaga dan mempersembahkan korban kepada kedua batu dan menjadikan puncak batu Su'a lai sebagai tempat ritual adat yakni tempat "mana songgo/ina songgo" (pemimpin ritual animisme mempersembahkan kurban).