Kisah Pilu Penjara Bawah Tanah di Kota Tua Jakarta, Konon Aura Mistisnya Kental Terasa!

- Kamis, 1 Desember 2022 | 18:08 WIB
Di museum ini terdapat penjara bawah tanah memilukan (Z Creators/Vivi Sanusi)
Di museum ini terdapat penjara bawah tanah memilukan (Z Creators/Vivi Sanusi)

Menyusuri setiap sudut Museum Sejarah Jakarta yang telah berumur ratusan tahun, kamu enggak cuma disuguhkan berbagai benda bersejarah yang dipamerkan. Bangunan dari Museum Sejarah Jakarta juga ternyata menyimpan banyak kisah pilu dan kelam pada masa penjajahan Belanda.

Museum Sejarah Jakarta atau populer disebut Museum Fatahillah merupakan landmark kawasan Kota Tua yang berada di Jakarta Barat. 

Pada abad ke 17-19 museum ini berfungsi sebagai Balai Kota Batavia.

-
Museum Sejarah Jakarta menyimpan kisah kelam (Z Creators/Vivi Sanusi)

Selain sebagai Balai Kota atau Stadhuis yang dibangun sekitar tahun 1710 untuk kegiatan VOC, tempat ini menjadi gedung serbaguna untuk tempat membayar pajak, pusat berdoa, pengadilan, penjara dan eksekusi tahanan.

Bangunan ini juga punya penjara bawah tanah. 

Dengan tinggi penjara yang hanya 165 cm, bisa dibayangkan para tahanan yang meringkuk di dalamnya. 

-
Penjara bawah tanah di Museum Sejarah Jakarta (Z Creators/Vivi Sanusi)

Terdiri dari lima ruang penjara pria dan satu penjara wanita tanpa ada tempat untuk buang air besar dan kecil, penjara ini pernah diisi puluhan hingga ratusan orang tahanan hingga melebihi kapasitas ruangan. 

Bila air laut pasang, penjara ini merendam dan menenggelamkan para tahanan. 

Kesadisan lain, para tahanan ini diwajibkan kerja paksa di luar ruangan dengan kaki yang diikat bola besi seberat 40 kg yang menyiksa. 

-
Bekas alat penyiksaan tahanan penjara (Z Creators/Vivi Sanusi)

Sebuah kamar penyiksaan dengan bangku dan alat untuk menyakiti jari-jari para tahanan, juga sempat menjadi bagian dari penjara ini. 

Enggak heran kalau aura mistis begitu kental di tempat ini. Seperti pengakuan Tim Z Creators, Vivi Sanusi yang merasakan adanya amis yang sangat menyengat.

Sebagai tempat eksekusi tahanan, halaman depan Balai Kota dahulunya mempunyai tiang pancang. Para tahanan yang dipasung, digantung, dicambuk ataupun disiksa di halaman Balai Kota menjadi pemandangan lumrah saat itu. Pedang bekas eksekusi tahanan juga masih tersimpan di museum ini.

Bangunan ini punya menara dengan arah mata angin yang dilengkapi sama lonceng bernama Soli Deo Gloria. Lonceng ini akan dibunyikan untuk mengundang masyarakat datang ke halaman Balai Kota untuk melihat pelaksanaan hukuman bagi tahanan. 

Pelataran museum ini juga menjadi saksi bisu pembantaian besar-besaran etnis Tionghoa pada 1740 yang terkenal sebagai peristiwa Geger Pacinan.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X