Amerika Serikat dan Rusia merupakan dua negara yang mendominasi kepemilikan senjata nuklir di dunia saat ini. Beberapa senjata nuklir yang dimiliki telah ditempatkan dalam kondisi siaga.
Ada ribuan senjata nuklir yang dimiliki kedua negara tersebut. Pertanyaan, bagaimana mereka menyimpan senjata nuklir?
Dilansir Live Science, seorang analis riset di nirlaba Center for Arms Control and Non-Proliferation, Samuel Hickey mengatakan bahwa setiap negara punya cara tersendiri untuk menyimpan senjata nuklir.
Namun rata-rata mereka menyimpannya di sebuah fasilitas di ruang bawah tanah yang tahan terhadap ledakan.
Bukan tanpa alasan, penyimpanan senjata nuklir di ruang bawah tanah dilakukan untuk meminimalisir adanya kerusakan akibat ledakan tidak sengaja dan terlindung dari serangan.
"Itu untuk membatasi kerusakan akibat ledakan yang tidak disengaja dan untuk melindungi dari serangan," kata Hickey.
Hickey menjelaskan, di Amerika Serikat misalnya, senjata nuklir negara itu disimpan di sebuah ruangan yang dikunci dengan kode kombinasi kriptografi untuk mencegah penggunaan yang tidak sah.
Secara aturan, hanya presiden saja yang memiliki wewenang untuk menyetujui penggunaannya. Jika kerahasiaan kode kunci terbongkar, maka senjata nuklir dapat digunakan hanya dalam hitungan menit saja.
Akan tetapi, penggunaan senjata nuklir pada umumnya perlu ditempelkan pada rudal atau dikerahkan di pesawat tersebut agar dapat diluncurkan saat krisis terjadi.
Mengingat peluncuran senjata nuklir kemungkinan besar akan mendapat pembalasan langsung dan dikhawatirkan dapat menyebabkan perang nuklir global habis-habisan, apakah ada kemungkinan bahwa semua senjata nuklir dapat dinonaktifkan untuk kebaikan bersama?
Ketua sejarah Eropa kontemporer di Universitas Stirling di Skotlandia, Holger Nehring mengatakan hal itu tidak mungkin terjadi.
Menurut dia, senjata nuklir merupakan bentuk pencegahan terhadap serangan nuklir, sehingga negara tidak mungkin berniat menyingkirkannya.
"Menyingkirkan senjata nuklir sepenuhnya berarti tingkat kepercayaan yang sangat tinggi antara semua negara dalam sistem internasional dan ini adalah tidak mungkin tercapai," kata dia.
