Kehidupan Romawi kuno memang banyak menyita perhatian. Pasalnya Romawi kuno juga memberikan sumbangsi yang setidaknya kini masih diterapkan di beberapa negara akan peradabannya.
Seperti banyak digambarakan oleh para sejarawan, bahwa zaman Romawi kuno sangat menyiksa kaum rendah seperti budak dan orang miskin. Kekejaman dan pilu dilakukan oleh kaum elit Romawi lantaran mereka merasa memiliki kekuasaan dan hal-hal yang dibutuhkan oleh para budak.
Baca Juga: Benarkah PSK Merupakan Profesi Tertua di Dunia? Berikut Jawabannya!
Dilansir Nationalgeographic, gambaran budak mendapatkan sikap yang tak layak yakni dengan tidur di atas tumpukan jerami dengan selimut diatasnya baik di dapur, lorong, atau loteng. Bagi budak wanita, tentu mereka akan menjadi objek bagi tuannya untuk memenuhi hasrat seksual tuannya.
Bahkan yang mengenaskannya, budak wanita akan dituding oleh majikan wanitanya sebagai pelacur akibat adanya kecurigaan majikan bahwa budak tersebut telah tidur dengan suaminya.
Kehidupan budak zaman Romawi tidak bisa melakukan apa-apa selain menggumamkan beberapa kata, mencuri makanan, menyebarkan desas-desus palsu dan hal-hal kecil yang serupa.
Dalam hukum pun, para budak dan orang miskin tidak bisa sembarangan mendapatkan jaminan hukum. Pada abad ke-5, Kode Hukum Theodosius menetapkan jika budak dipisahkan dari keluarga, mereka harus dipersatukan kembali dan ditempatka dengan satu pemilik.
Meski budak bisa naik kasta, seperti bisa menjadi manajer, juru sita, penagih utang, kapten kapal dagang dan lainnya, namun budak takkan dilepas dengan mudah jika melanggar hukum yang berat. Mereka hanya bisa pasrah jika melakukan perbuatan yang melanggar dengan siap dihukum berat.
