Kasus kematian selebriti Thailand Tangmo Nida Patcharaveerapong masih menjadi perbincangan sampai saat ini. Kejanggalan kasusnya membuat keluarga tak percaya kepada polisi dan minta dilakukan otopsi ulang.
Tak tanggung-tanggaung, ibunda dari Tangmo Nida melalui pengacara meminta Kantor Polisi Kerajaan Thailand untuk mengirimkan Dokter Khunying Porntip Rojanasunan, mantan direktur jenderal Institut Pusat Ilmu Forensik, untuk melakukan otopsi ulang.
Sosok yang disebut dengan panggilan akrab Dokter Pornthip itu merupakan 'ahli forensik' terkenal di Thailand, bahkan seperti selebriti. Bukan hanya karena pernah menangani kasus-kasus pembunuhan besar di Thailand, sang dokter juga dikenal lantaran memiliki penampilan yang esentrik.
Sekilas riwayat sang dokter.
Khun Ying Pornthip Rojanasunand, adalah ahli patologi forensik dan dokter medis Thailand. Pertama kali muncul di media pada tahun 1998, pekerjaannya dan gaya rambutnya yang aneh dengan cepat memberikan status selebritasnya, dan dia menjadi ilmuwan forensik Thailand yang paling terkenal.
Ia juga dikenal sebagai penulis beberapa memoar terlaris, karyanya memperkenalkan publik Thailand pada peran bukti DNA, di antara metode forensik lainnya, dalam investigasi kejahatan.
Tampilan esentrik ala Punk Rock.
Dandanannya sedikit berbeda dengan ahli patologi Thailand lainnya. Doktor Pornthip sering muncul di televisi dengan gaya yang tidak lazim: rambut punk-rock dicat merah keunguan, pakaian eksentrik, dan riasan mata berkilauan, dan sepatu ngejreng.
Hal inilah yang membuat dia menjadi selebriti di negaranya.
Kasus-terkenal yang ditangani Pornthip.
Kasus-kasus terkenal yang melibatkan Pornthip termasuk pembunuhan Jenjira Ploy-angunsri pada tahun 1998, pemeriksaan ulang yang kontroversial atas kematian Hangthong Thammawattana pada tahun 200, dan identifikasi korban di Tsunami Samudra Hindia pada 2004.
Dia sering mengkritik Polisi Kerajaan Thailand atas penanganan mereka atas bukti forensik, dan berpengaruh dalam pendirian Institut Pusat Ilmu Forensik, yang bekerja secara independen dari polisi dan melapor langsung ke Kementerian Kehakiman, dan di mana dia menjabat sebagai direktur.
Bagaimana dengan kasus Tangmo Nida?
Mendengar dirinya diminta pihak keluarga untuk mengotopsi ulang Tangmo Nida, Dokter Pornthip pun angkat bicara. Mengutip Sanook, ia menolak untuk menghadiri otopsi Tangmo Nida karena dia saat ini adalah seorang senator. Dia tidak memiliki kekuatan kecuali dia diundang sebagai konsultan. Ia juga tak mau membajak instansi terkait (kepolisian) untuk mengungkapkan informasi kematian kepada kerabat.
Di sisi lain, Pornthip mengatakan bahwa ia bisa berpartisipasi dalam mengotopsi Tangmo jika ia diperkerjakan kembali. Ia mempertegas bila ia tidak dapat terlibat tetapi dapat berpartisipasi jika diundang sebagai konsultan. Namun masalah muncul bahwa kerabat tidak dapat mengakses semua data kematian dari otopsi, meskipun keluarga berhak untuk tahu.
Memperjuangkan undang-undang informasi korban ke keluarga.
"Jika data verifikasi diperoleh, semuanya akan berakhir. Tidak perlu mengarah ke otopsi kedua, dan secara pribadi, jika Anda membawa semua bukti untuk melihat mereka, mereka akan dapat menunjukkan apakah kasus itu kecelakaan atau tidak. karena tidak sulit serta untuk mendapatkan informasi tentang apakah luka itu terjadi sebelum atau sesudah tenggelam. Semua informasi harus jelas dari otopsi pertama," katanya seperti dikutip Sanook.
Karena itu, dia sebagai senator akan mencoba mendorong undang-undang yang memungkinkan kerabat memiliki akses ke semua data kematian.
