Studi: Oksimeter Denyut Lebih Berguna dari Skrining COVID-19 untuk Orang Lebih Tua

- Selasa, 4 Mei 2021 | 13:26 WIB
Ilustrasi oksimeter denyut. (photo/Ilustrasi/Pexels/Kamaji Ogino)
Ilustrasi oksimeter denyut. (photo/Ilustrasi/Pexels/Kamaji Ogino)

Orang-orang telah terbiasa untuk memeriksakan suhu tubuh selama pandemi karena demam adalah indikator utama dari COVID-19. Ada penelitian baru yang dipimpin peneliti Washington State University yang mengusulkan bahwa mengukur suhu merupakan indikator infeksi yang kurang berguna pada orang dewasa yang lebih tua dan sebagai gantinya dipakailah oksimeter denyut. 

Makalah yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Medicine, berkata bahwa suhu dasar lebih rendah pada orang dewasa yang lebih tua. Suhu dasar yang lebih rendah berarti demam bisa terlewarkan dengan menggunakan definisi standar CDC yaitu 100,4 derajat Fahrenheit atau lebih tinggi. 

Tanda-tanda umum COVID-19 lainnya juga dapat diabaikan dan dikaitkan dengan penuaan, seperti kelelahan, nyeri tubuh, hingga hilangnya rasa atau bau. Selain itu, beberapa pasien COVID-19 sendiri tidak menunjukkan tanda-tanda kadar oksigen rendah, seperti sesak napas, namun mempunyai saturasi oksigen di bawah 90 persen. 

Peneliti Van Son dan Eti mengatakan oksimeter denyut portabel yang murah harus dipertimbangkan untuk dipakai secara luas dalam pemeriksaan COVID-19 pada orang dewasa yang lebih tua karena perangkat itu dapat mendeteksi perubahan saturasi oksigen tanpa indikasi infeksi lainnya. Melihat hal itu, mereka pun memberikan komentarnya.

"Mendeteksi (hipoksia tanpa gejala) sangat penting untuk pencegahan perkembangan infeksi dan memulai pengobatan," ungkap mereka.

"Intervensi sebelumnya dapat membantu pasien menghindari prosedur yang sangat invasif (yaitu, intubasi) dan meningkatkan alokasi sumber daya perawatan kesehatan yang langka." tutup mereka.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X