Gagasan transfusi darah baru ke orang lain digunakan untuk memulihkan kesehatannya sudah cukup lama terjadi. Tetapi hal itu terjadi di era modern saat ini dan hal itu menjadi mitos pada zaman dahulu.
Dilansir Encyclopedia Britannica, Minggu (8/5/2022), berdasarkan sejarah dua terobosan ilmiah yang membuat transfusi darah dapat dianggap sebagai pengobatan medis adalah deskripsi dari William Harvey.
Ia mempresentasikan tentang sirkulasi darah melalui tubuh yang diterbitkan pada tahun 1628 dan penemuan jarum suntik oleh Christopher Wren untuk menyuntikkan zat secara intravena sekitar tahun 1659.
Transfusi Darah Pertama pada Hewan
Sejak saat itu, penemuan jarum suntik digunakan oleh dokter di Inggris dan Prancis untuk memulai eksperimen dengan transfusi darah antar hewan. Pada tahun 1666, dokter Inggris Richard Lower melakukan transfusi pertama yang berhasil antar hewan.
Transfusi Darah Pertama pada Manusia
Pada tanggal 15 Juni 1667, transfusi darah pertama ke manusia dilakukan oleh dokter Jean-Baptiste Denis, ketika dia memberi darah kepada seorang pemuda yang demam.
Ia memberikan transfusi darah kira-kira 12 ons darah, yang diambil dari seekor domba. Pemuda itu kemudian pulih dengan sangat cepat. Kemudian, Denis melakukan transfusi lain yang juga berhasil.
Kegagalan Transfusi Darah Hewan ke Manusia
Namun, pasien transfusi ketiga dan keempat bernasib buruk. Sementara pasien ketiga meninggal tidak lama setelah transfusi dan yang pasien keempat meninggal saat transfusi sedang berlangsung.
Istri pasien keempat menuduh Denis melakukan pembunuhan. Dia dibawa ke pengadilan dan dibebaskan dari kesalahan, tetapi pengadilan juga memutuskan untuk melarang transfusi darah.
Larangan Transfusi Darah
Parlemen Perancis, Gereja Katolik, dan Royal Society segera mengeluarkan larangan pada transfusi darah dan prosedur tersebut tidak lagi digunakan dalam pengobatan umum sampai pertengahan abad ke-19.
Penemuan Golongan Darah
Transfusi darah semakin membaik dan aman sejak penemuan golongan darah oleh Karl Landsteiner pada tahun 1900 hingga 1901. Ia membuktikan bahwa mencampur darah dari dua golongan darah yang tidak kompatibel menyebabkan respon imun yang bisa berakibat fatal.
Ada kemungkinan hal ini menyebabkan kematian salah satu atau kedua pasien Denis, meski hal tersebut belum pernah dibuktikan.