The Most Engaging Media For Millennials and GEN Z

Cerita Lengkap Kasus Pembunuhan Gadis SMA di Jepang yang Terpecahkan Setelah 14 Tahun
Kasus pembunuhan Kitaguchi Satomi. (Twitter/shiroi_tanpopo_)
Fakta Dan Mitos

Cerita Lengkap Kasus Pembunuhan Gadis SMA di Jepang yang Terpecahkan Setelah 14 Tahun

Jumat, 03 Februari 2023 10:10 WIB 03 Februari 2023, 10:10 WIB

INDOZONE.ID - Sebuah kasus pembunuhan di Jepang pernah menghebohkan negara Sakura terkait kematian gadis SMA yang akhirnya terpecahkan setelah 14 tahun. Lantas seperti apa kisahnya?

Kronologi

Kala itu pada 5 Oktober 2004 di Kota Hatsukaichi Prefektur Hiroshima, seorang gadis SMA berusia 17 tahun bernama Kitaguchi Satomi pulang dari sekolah pukul 2 siang.

Dia lebih cepat dari jam pulang sekolah di Jepang yang biasanya dikarenakan sedang ada Ujian Akhir Semester (UAS). Sepulang sekolah, dia memutuskan untuk tidur siang.

Tetapi sebelum itu, Satomi memberi pesan kepada adiknya untuk membangunkan dia pukul 4 sore karena ada jadwal kerja part-time. Satomi pun menuju kamarnya.

Rumah keluarga ini agak unik, kamarnya Satomi berada di lantai 2 sebuah bangunan di rumahnya yang letaknya memisah dari bagunan utama. Sekitar pukul 3, adik dan nenek Satomi mendengar teriakan dan suara langkah turun tangan, mereka dari bangunan A langsung bergegas menuju bangunan B.

Selepas itu, adik dan nenek Satomi melihat dirinya sudah bersimbah darah di depan Genkan, area pintu masuk bergaya tradisional kombinasi dari teras dan keset. Satomi terlihat bersama laki-laki tak dikenal yang sedang berdiri menggenggam pisau.

Pria tersebut kemudian langsung menyerang adik dan nenek Satomi. Mereka langsung lari kabur, namun sayangnya nenek bisa tak dapat melarikan diri dan ditusuk 10 kali di bagian punggung dan perut. Meski sudah bersimbah darah, sang nenek masih bisa berusaha menelpon polisi sebelum akhirnya kehilangan kesadaran. 

Di sisi lain, adiknya yang berhasil kabur berlari tanpa alas kaki sejauh 30 meter menuju Gardening Shop dan meminta tolong. Sayangnya, saat polisi dan tim rescue datang, pria misterius itu tidak ada di lokasi tempat kejadian perkara.

Baca juga: 5 Rekomendasi Film Korea Tentang Pembunuhan Berantai, Adegannya Bisa Bikin Trauma

Fakta yang Ditemukan Polisi

Kepolisian kemudian menemukan beberapa fakta-fakta terkait pembunuhan itu. Pertama, tidak ada harta yang hilang dari rumah yang diidentifikasi bukan sebagai perampokan.

Kedua, tidak ada sobekan pada baju korban yang dimana membuat polisi mengambil kesimpulan bahwa kasus ini bukan pencurian atau penganiayaan. Sementara fakta ketiga, korban dikenal sebagai anak yang jujur dan berperilaku baik.

Orang-orang di sekitar sangat yakin dan mengatakan bahwa tidak mungkin ada yang menaruh dendam kepada korban. Terlebih lagi, belum diketahui apa motif sebenarnya dari pria misterius yang membunuh Satomi.

kasus pembunuhan
Foto Kitaguchi Satomi pasca meninggal dunia. (Twitter/shiroi_tanpopo_)

Fakta keempat, di kamar korban ditemukan pemutar musik yang masih menyala dengan earphone dicolokkan. Bukti bahwa korban panik dan langsung bergegas keluar dari kamar.

Kelima, ditemukan juga jejak sepatu pelaku, sidik jari, dan DNA dari lantai 2, pelaku mengejar korban sampai ke bawah tanggah kemudian menusuk korban di depan Genkan.

Keenam, terdapat 10 tusukan di tubuh korban yaitu di bagian leher dan dada. Tidak ada tusukan di punggung dan tangan. Setelah Satomi, neneknya dilarikan ke rumah sakit dan Satomi dinyatakan meninggal dunia akibat kehabisan darah. Tapi neneknya berhasil diselamatkan.

Ketujuh, tiga hari setelah kejadian, polisi mengumumkan sketsa wajah pelaku yang didapatkan dari informasi adik korban. Diketahui bahwa pelaku pembunuhan itu berusia kurang lebih 20 tahunan dengan tinggi sekitar 165 cm. Badan berisi, mata sipit, rambut kecoklatan, dan ada bekas jerawat di wajahnya.

Kedelapan, muncul saksi mata yaitu tetangga yang mengaku melihat ada orang yang mirip sketsa pelaku, berkeliaran di dekat TKP dan menaiki sebuah motor aneh.

Kesembilan, dari jejak sepatu pelaku diketahui bahwa pelaku langsung menuju ke kamar korban. Kemungkinan pelaku adalah orang yang mengetahui desain rumah korban atau orang yang pernah memasuki kamar korban.

Pelaku Sulit Ditemukan

Dari waktu yang singkat terkumpul banyak informasi yang menyangka pencarian pelaku akan berjalan dengan baik dan tinggal menunggu waktu saja untuk berhasil menangkapnya. Tapi sayangnya, kasus itu tak kunjung berkembang.

Tiga tahun lebih belum juga berhasil menemukan pelaku, polisi mengumumkan harga buronan senilai 3 Juta Yen (Rp380 juta) kepada siapa saja yang berhasil menemukan informasi untuk penangkapan pelaku. Tetapi tetap tidak ada yang memberikan polisi informasi yang kuat.

Sampai pada akhirnya kasus ini diberi label "Kasus yang Belum Terpecahkan" yang kemudian sering dibahas di buletin elektronik di TV Show dan lainnya. Bahkan menimbulkan berbagai spekulasi dari publik.

Tak cuma itu, seorang mantan anggota FBI bahkan datang ke Jepang hanya untuk mencoba memecahkan kasus tersebut. Tetapi Sama sekali tak ada hasil apapun yang ditemukan.

Baca juga: 5 Film Pembunuhan Berantai Tersadis, Gak Kalah Heboh dari Serial Killer di Bekasi

Kasus Terpecahkan

Satu dekade lebih, hingga di tahun 2018 tiba-tiba kasus itu menunjukkan perkembangan. Tepatnya pada 13 April 2018 di Prefektur Yamaguchi, Pria bernama Kashima Manabu (35) ditangkap polisi karena kasus penganiayaan terhadap rekan kerjanya. 

Setelah diperiksa polisi, identifikasi sidik jarinya, dan kecocokan dengan database. Kemudian muncul kenyataan yang sangat mengejutkan. Ternyata sidik jari Kashima cocok dengan sidik jari yang ditemukan di lokasi kasus pembunuhan 14 tahun yang lalu. 

Lalu investigator mengambil DNA Kashima dan mencocokan dengan DNA pelaku yang diambil dari kuku korban pembunuhan. Saat itu lah kecurigaan berubah menjadi keyakinan. Setelah diinterogasi, Kashima mengakui kejahatannya. Saat itu dia merasa putus asa lalu melakukan kejahatan.

pelaku pembunuhan
Pelaku pembunuhan, Kashima Manabu. (Twitter/shiroi_tanpopo_)

Pada 3 Mei 2018 Kashima ditangkap kembali atas percobaan pembunuhan Nenek Satomi. Dan pada 24 Mei Kashima dituntut atas kasus pembunuhan dan percobaan pembunuhan.

Di pengadilan tanggal 3 Maret 2020 Kishima mengakui atas semua prosekusinya. Dia mengaku untuk berusaha tidak memikirkan apapun terkait kejadian atas kematian Satomi yang sudah berangsur sangat lama.

"Saya selama ini hidup dengan tidak memikirkan tentang kejadian itu, dan mencoba untuk tidak mengingatnya. Saya mungkin tidak ingat detail kejadian hari itu, tetapi saya akan mengatakan semua yang saya ingat disini. Saya sangat menyesal telah menyebabkan insiden karena alasan egois saya," kata Kashima.

Kashima juga mengatakan dirinya sendiri cocok mendapatkan hukuman mati, dan keluarga korban pun berharap tersebut. Setelah itu, pada 18 Maret 2020 dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan tidak mengajukan banding.

Sisi Gelap Pelaku

Kashima lahir di kota Shimonoseki Prefektur Yamaguchi pada 1983. Setelah lulus SMA dia bekerja di Perusahaan Pengerjaan Logam. Dia bekerja dengan disiplin setiap hari dan tanpa terlambat.

Namun pada 4 Oktober 2004, Kashima yang saat itu berumur 21 tahun, pagi itu terlambat bangun untuk bekerja. Dia berpikir dia akan dimarahi, sambil masih berbaring di tempat tidur, dia berpikir dengan waktu yang lama dan mulai merasa benci berangkat bekerja.

Dia memikirkan untuk pergi ke Tokyo menaiki sepeda motor. Dia membeli compass dan pisau lipat di hardware store. Alasan dia membeli itu adalah karena dia pikir jika dia pergi ke timur, pasti akan sampai di Tokyo, dan kalau ada pisau dia akan bertahan hidup di alam.

Setelah itu dia pergi ke rumah temannya dan menyerahkan uang 50.000 yen (Rp 6 juta) kepada temannya dan pada dini hari tanggal 5 Oktober dia meninggalkan Prefektur Yamaguchi. Tekadnya sudah bulat untuk tidak kembali ke Prefektur Yamaguchi, dia membuang telepon genggamnya ke sungai.

pelaku
Pelaku pembunuhan, Kashima Manabu. (Twitter/shiroi_tanpopo_)

Kashima yang telah sampai di Hiroshima, melihat para gadis SMA dan dia memikirkan untuk melakukan tindakan asusila. Setelah itu dia mulai mencari mangsa JK dan menemukan Satomi yang saat itu kebetulan sepulang dari sekolah. Dia mengikuti Satomi kemudian menyusup ke rumahnya pada pukul 3 sore.

Kashima yang berhasil masuk ke kamar Satomi menodongkan pisau ke Satomi yang sedang tidur tengkurap, mengatakan "Jangan bergerak, lepas bajumu!".

Tetapi Satomi saat itu berhasil mencoba kabur namun terjatuh saat menuruni tangga. Kashima mencoba menarik Satomi untuk naik ke lantai 2 lagi, namun dilawan Satomi dan Kashima mengancam dengan menusuk perut Satomi dengan pisau.

Kashima yang tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lakukan, dia malah menyalahkan Satomi dan mengatakan "Mengapa kamu kabur". Dgn perasaan penyesalan yang dalam, dia tidak makan, tidak minum, dan tidak tidur selama 3 hari kabur menuju Tokyo.

Setelah itu uang dia habis, dia menghabiskan selama 5 hari di Tokyo. Karena takut mati kelaparan, dia menghubungi temannya yang dititipi uang untuk mengirimkan uang tersebut.

Dia lalu pulang kembali ke rumahnya di Yamaguchi, dan pisau yang dia gunakan untuk menusuk dia simpan di dalam laci. Dia memiliki perasaan ingin melupakan insiden tersebut, tetapi karena rasa tanggung jawab dia tidak bisa membuang pisau tersebut.

Setelah itu mulai dari 2005 dia mulai bekerja di perusahan teknik sipil dan pembangunan. Dan dia bekerja dengan serius tanpa pernah absen. Dia juga menjadi pendiam dan lebih tenang. Beberapa tahun kemudian dia mengingat insiden, dan mencoba mencari di internet.

Pada akhirnya dia mengetahui kalau Satomi meninggal dunia dan dengan alasan kesal pada 2018 bulan April, dia dia menendang kaki kiri teman kerjanya, lalu dilaporkan polisi dan ditangkap. Setelah diperiksa lebih lanjut, diketahui bahwa dia pelaku kasus pembunuhan pada tahun 2005.

Dia mengatakan ada perasaan lega ketika dia ditangkap, dan alasan dia tidak menyerahkan diri selama ini adalah karena dia merasa nyaman dengan hidup bebas.

Artikel Menarik Lainnya:

TAG
M Fadli
M. Rio Fani
M Fadli
Editor
M. Rio Fani
Writer
JOIN US
JOIN US