Jatuhnya pesawat China Eastern Airlines dengan nomor penerbangan MU5735 yang terbang menuju Guangzhou dari Kunming tengah menyedot perhatian publik internasional.
Peristiwa nahas yang terjadi pada Senin (21/3/2022) itu dianggap sebagai insiden yang tidak normal karena pesawat jatuh dengan cara menukik tajam.
Penerbangan yang menggunakan Boeing 737-800 itu hanya membutuhkan waktu 1 menit dan 35 detik untuk hilang dari radar setelah jatuh dengan cepat.
"Ini bentuk yang sangat aneh. Sulit untuk sebuah pesawat melakukan hal tersebut," kata John Cox, mantan pilot Boeing 737 dilansir Bloomberg.
Sementara black box atau kotam hitam, alat perekam penerbangan masih dalam proses pencarian, tidak ada yang bisa menyimpulkan penyebab kecelakaan itu.
Informasi yang bisa diungkap saat ini hanya menerangkan bahwa pesawat melakukan penerbangan dengan ketinggian jelajah sekitar 29.100 kaki (8.870 meter) dengan kecepatan sekitar 523 mph (840 km/jam) ketika jatuh.
Kecelakaan itu terjadi satu jam setelah lepas landas dari Kunming menuju Guangzhou. Dan keadaan cuaca pada saat kejadian sedang berawan dengan jarak pandang yang baik.
Beberapa ahli mengaitkan peristiwa tersebut dengan kecelakaan serupa yang terjadi sebelumnya. Salah satunya insiden jatuhnya pesawat Silk Air dengan nomor penerbangan 185 di Sungai Musi, Palembang pada 1997.
Diketahui, pesawat Silk Air jatuh dengan menukik tajam secara vertikal dari ketinggian jelajah lebih dari 38.000 kaki (11.580) yang menewaskan 104 penumpang di dalamnya.
Pada mulanya, penyebab kecelakaan yang sangat ekstrem itu dituduhkan kepada kapten penerbangan yang dianggap telah melakukan kesalahan karena diduga sengaja menjatuhkan pesawat.
Tuduhan itu muncul karena bentuk kecelakaan yang sangat aneh dan tidak biasa untuk sebuah pesawat jatuh dengan cara menukik, sama seperti kejadian China Eastern Airlines baru-baru ini.
Namun dalam penyelidikan otoritas Indonesia, tidak ada bukti yang kuat untuk menyatakan bahwa jatuhnya pesawat Silk Air karena ada unsur kesengajaan.
