Peradaban Romawi merupakan peradaban yang sangat besar dan memberikan dampak pada kehidupan masa kini. Keberhasilan setiap kaisar yang memerintah dan persatuan masyarakatnya menjadikan Romawi sebagai sebuah negara yang cukup kokoh pada masanya.
Namun, dalam spekulasi sejarawan banyak yang menyebut bahwa kehancuran Romawi disebabkan adanya dua kubu yakni Romawi Barat dan Romawi Timur. Banyak yang menyangka bahwa pada abad kelima Masehi, Romawi mengalami keruntuhan di bagian baratnya.
Dikutip History, kisah keruntuhan Romawi Barat dimulai dari wafatnya kaisar Anthemius pada tahun 472 M. Untuk mengisi kekosongan jabatan tersebut, Olybrius penguasa Romawi keturunan Jermanik Falvius Ricimer mengambil tempat. Namun, hanya berseling empat bulan ia pun digantikan oleh Glycerius karena meninggal dunia.
Baca Juga: Peneliti Temukan Bros Emas dari Abad Pertengahan, Diduga Memiliki Kekuatan Sihir
Dalam sistem pemerintahan yang telah terbagi menjadi dua kubu, penunjukkan kaisar dilakukan oleh kaisar dari timur. Leo, sang penguasa timur tidak mengakui keduanya lantaran bukan atas pilihan sang kaisar Romawi Timur.
Leo lalu memilih Julius Nepos sebagai pengisi takhta tertinggi di Romawi Barat dan memberikan dukungan untuk merampas kekuasaan tersebut. Tak perlu konflik yang berat, Glycerius rupanya langsung menyerahkan takhta tersebut pada tahun 474 M.
Berkat keberhasilan Nepos, Dalmatia menjadi bagian kekuasaan Romawi Barat. Akan tetapi masalahnya, Romawi harus kehilangan kendali atas Galia (Prancis), sebab Euric raja Visigoth mendeklarasikan kemerdekaannya dari Romawi yang mengikuti Geiseric dan Vandal yang telah merdeka terlebih dulu.
Genjatan perang pun tak bisa dielakkan yag menyebabkan Nepos mengasingkan diri lantaran serangan yang cukup menekan. Dengan berbagai polemik dan peristiwa yang menewaskan banyak orang, Nepos yang masih hidup tidak pernah bisa kembali duduk di takhta Roma. Keagungan Romawi barat seketika jatuh, dan Eropa memasuki babak peradaban baru: abad pertengahan yang gelap.
Artikel Menarik Lainnya:
