Para dokter di Abad Pertengahan memiliki cara unik dalam mendiagnosis penyakit yakni dengan air kencing. Pemeriksaan sampel urine tidak hanya sebatas melihat warna dan konsistensi cairan tersebut, melainkan dokter akan mengecap dan mencium air kencing para pasiennya.
Nantinya dari metode tersebut didapati seseorang tengah mengidap penyakit apa dan langkah yang akan diambil untuk penyembuhan penyakit tersebut.
Baca Juga: Fakta! Urine dan Ragi Menjadi Produk Terobosan Baru untuk Para Astronot Berjelajah Angkasa
Dikutip dari Ancient of Greek, para dokter melakukan langkah dengan meminum air kencing pasiennya sebagai metode untuk memastikan kandungan yang terdapat dari sisa sekresi manusia.
Salah satu contohnya yakni dokter Inggris abad ke-17 Thomas Willis mencatat bahwa urine seorang pasien diabetes terasa manisnya luar biasa, seolah-olah dibubuhi madu atau gula.
Dokter Willis juga yang menciptakan istilah mellitus, yang mempunyai arti dimaniskan dengan madu pada diabetes mellitus. Gangguan ini juga pernah dikenal sebagai 'penyakit Willis'.
Bahkan dalam sejarah kedokteran di Abad Pertengahan, terdapat yang namanya bagan urin untuk mendiagnosis pasien dari rasa dan warna urin pasien mereka.
Baca Juga: Kenali Penyebab Kencing Berbusa, Berbahayakah?
Uroskopi dan roda urine terus digunakan oleh dokter Eropa untuk mendiagnosis pasien mereka, tanpa memandang status sosial, hingga pertengahan abad ke-19.
Urine Raja George III dari Inggris, misalnya, yang dilaporkan memiliki warna ungu dan mungkin menjadi tanda bahwa ia sedanga menderita porfiria, yaitu sekelompok penyakit yang berdampak negatif pada sistem saraf.
Hal tersebut lah yang akhirnya menjadi spekulasi bahwa penyakit yang diidapkan ini bisa menyebabkan kegilaan yang membuat Raja Inggris tersebut menjadi terkenal.