Makanan yang manis menjadi salah satu makanan yang paling disukai banyak orang, termasuk juga dengan kamu. Hanya saja, ada sebagian orang yang berubah menjadi aktif ketika mengonsumsi makanan yang manis. Kondisi ini disebut sebagai kondisi sugar rush.
Namun sejauh ini, sebagian besar studi belum menemukan keterkaitan antara perilaku anak yang aktif dengan makanan yang manis. Bahkan, sejumlah industri medis mengatakan tidak ada hubungan antara dari makanan bergula dengan hiperaktif.
Mengutip WebMD, gagasan bahwa makanan mempunyai efek kepada perilaku mulai berkembang pada 1973. Pada saat itu, Benjamin Feingold, MD, dilaporkan menerbitkan Diet Feingold yang anjurkan pola makan bebas salisilat, pewarna makanan, dan penyedap buatan untuk mengatasi hiperaktif.
Kemudian, terdapat sebuah studi pada 1978 yang dipublikasikan oleh Jurnal Food and Cosmetics Toxicology berhasil menemukan anak-anak hiperaktif yang diberikan tes toleransi glukosa, menunjukkan hasil hipoglikemia reaktif (gula darah rendah).
Di sisi lain, mengutip BBC Science Focus Magazine, ilmuwan di Jerman dan Inggris dilaporkan telah menganalisis data dari 31 penelitian yang telah melibatkanhampir 1.300 orang dewasa. Penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk menyelidiki efek gula pada aspek suasana hati, seperti dengan kemarahan, depresi, kelelahan, dan kewaspadaan.
Setelah melakukan & menggabungkan hasil dari beberapa penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa makanan manis tidak mempunyai efek positif pada suasana hati, terlepas dari jumlah yang dikonsumsi.
Dr. Konstantinos Mantantzis dari Universitas Humboldt selaku peneliti utama mengatakan bahwa gula dapat meningkatkan suasana hati telah berpengaruh dalam budaya populer, sehingga banyak orang yang mengonsumsi makanan manis bertujuan untuk melawan kelelahan.
