Terungkap Cara Orang Mesir Kuno Bangun Piramida dengan Rapi, Andalkan Cahaya Matahari

- Jumat, 8 April 2022 | 04:30 WIB
Piramida Giza di Mesir (Pixabay)
Piramida Giza di Mesir (Pixabay)

Selama beratus-ratus tahun, piramida di Mesir telah membuat para peneliti bingung dan penasaran.

Bukan soal tentang rongga misterius dan ruang tersembunyinya, tetapi bagaimana orang Mesir kuno dapat membangun struktur piramida dengan rapi dan sejajar tanpa bantuan teknologi modern.

Seperti dilansir Science Alert, bangunan piramida pada umumnya sedikit miring, namun secara keseluruhan sisi Piramida Giza yang berukuran 138,8 meter itu cukup lurus, sejajar hampir sempurna di sepanjang titik mata angin, utara-selatan-timur-barat.

Glen Dash, seorang arkeolog sekaligus insinyur dalam penelitiannya yang dipublikasikan dalam Jurnal Arsitektur Mesir Kuno pada 2017 mengungkapkan bahwa pembangunan piramida Giza menyelaraskan monumen besar ke titik mata angin dengan akurasi lebih baik dari empat menit busur atau seperlima belas satu derajat.

-
Piramida di Giza (Pixabay)

Tiga piramida terbesar di Mesir, dua di Giza dan satu lainnya di Dahshur disebut sangat seleras. Ketiga piramida itu dibangun di era belum ada teknologi drone, blue print dan komputer.

"Ketiga piramida menunjukkan cara kesalahan yang sama; mereka diputar sedikit berlawanan arah jarum jam dari titik mata angin," tulis Dash.

Ada banyak hipotesis terkait bagaimana orang Mesir kuno membangun piramida dengan sejajar, misalnya menggunakan bintang kutub atau bayangan Matahari. Namun hal tersebut tak bisa dijelaskan bagaimana cara kerjanya.

Sementara Dash dalam penelitiannya menyebut bahwa orang Mesir kuno menggunakan fenomena ekuinoks musim gugur untuk membuat piramida sejajar dan selaras.

Diketahui, ekuinoks merupakan fenomena yang terjadi dua kali dalam setahun di mana lintasan semu harian matahari berada di tepat garis khatulistiwa yang membuat waktu siang hari jadi lebih panjang.

-
Piramida di Giza (Pixabay)

Hanya saja, pengukuran ekuinoks sebelumnya telah diabaikan sebagai metode penyelarasan yang mungkin karena dianggap tidak akan memberikan akurasi yang cukup.

Namun, Dash punya cara tersendiri yang dapat membuktikannya, dia menggunakan tongkat yang dikenal sebagai gnomon.

Dash melakukan eksperimennya sendiri, dimulai pada hari pertama ekuinoks musim gugur 2016, 22 September 2016  dan menggunakan gnomon untuk membuat bayangan.

Dia melacak titik bayangan secara berkala, membentuk kurva titik yang mulus. Dan di penghujung hari, dengan seutas tali yang melilit tiang, dia memotong dua titik kurva dan menciptakan garis yang hampir sempurna yang membentang dari timur-barat.

"Pada ekuinoks, surveyor akan menemukan bahwa ujung bayangan berjalan dalam garis lurus dan hampir sempurna timur-barat," tulis Dash.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X