Sejarah pergundikan di Indonesia sudah marak terjadi sejak berpijaknya pemerintah Hindia-Belanda yang berkuasa di tanah Nusantara. Bahkan, dampak pergundikan yang dirasakan di masa lampau masih berlaku hingga saat sekarang ini.
Dikutip dari jurnal Patanjala yang berjudul Dilema Negara Kolonial, Gani A. Jaelani menuliskan jika pergundikan para tentara Hindia Belanda adalah keburukan yang bersifat fatal berkepanjangan.
Baca Juga: Jadi Profesi Tertua, Bagaimana Sejarah Pelacuran Menjadi Marak di Indonesia?
Bukan tanpa sebab, menurutnya dampak dari pergundikan di zaman tersebut masih dirasakan banyak masyarakat Indonesia hingga sekarang ini.
Di mana dalam dampak pergundikan itu sendiri adalah kemiskinan yang menimpa masyarakat, terlebih pada mereka yang merupakan hasil dari pencampuran Belanda dan pribumi atau disebut Indo.
Mereka yang berdarah Indo dikucilkan hingga disebut sebagai 'orang liar' dan menciptakan jenis kaum proletar yang menyedihkan. Lantaran hal ini, bisa dibilang bahwa kemiskinan yang masih marak di Indonesia sekarang ini lantaran kesalahan Belanda di masa lampau.
Tingkat kemiskinan orang-orang Indo dulunya sangat tinggi, kehidupan mereka menyedihkan dan masa depan mereka pun suram. Bahkan hal ini berlanjut saat sesama Indo menikah dan melahirkan anak yang alami menjadi pribumi kembali.
Lantaran memiliki latar belakang Indo, orang-orang ini tidak diberikan kesempatan untuk mencari kehidupan yang layak. Mereka lantas putus asa dan bahkan meninggalkan anak-anak mereka yang nantinya menjadi anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang sebagaimana mestinya dan berlanjut dengan terjebak pada hal-hal yang negatif.
Hingga saat ini, dampak tersebut masih dirasakan lantaran semakin merebaknya kalangan Indo yang sudah tersebar dimana-mana dan memiliki latar belakang yang demikian.
