Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada aspek biologis, melainkan aspek sosial juga ikut berubah. Salah satunya yakni rute pelayaran kapal laut yang mengarungi samudra Arktik.
Namun, sejak perubahan iklim yang terjadi di Bumi tampaknya membuat masa depan samudra Arktik menjadi terlihat suram. Pasalnya perubahan iklim yang menimpa Kutub Utara membuat daratan es di sana hilang beberapa bulan.
Dikutip dari nationalgeographic, konsekuensi kritis lain dari mencairnya es di Kutub Utara adalah potensi rute perdagangan maritim yang lebih pendek dan lebih ramah lingkungan yang melewati Rute Laut Utara yang dikuasai Rusia.
Baca Juga: Bagi Aktivitas Pelayaran, Kemenhub Ingatkan Waspada Cuaca Ekstrem Akibat Siklon Tropis
Sepasang ilmuwan iklim di Brown University bekerja dengan seorang sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Maine berusaha untuk memprediksi bagaimana pencairan es Samudra Arktika dapat memengaruhi regulasi rute pelayaran selama beberapa dekade mendatang.
Mereka memproyeksikan bahwa pada tahun 2065, kemampuan navigasi Arktika akan meningkat pesat sehingga dapat menghasilkan rute perdagangan baru di perairan internasional.
Hal ini tidak hanya mengurangi jejak karbon industri perkapalan tetapi juga melemahkan kontrol Rusia atas perdagangan di Arktika.
Tetapi kenyataan yang tidak menguntungkan adalah bahwa es sudah surut, rute-rute ini terbuka, dan kita perlu mulai berpikir kritis tentang implikasi hukum, lingkungan, dan geopolitik.
Proyeksi mereka menunjukkan bahwa kecuali para pemimpin global berhasil membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius selama 43 tahun ke depan, maka perubahan iklim kemungkinan akan membuka beberapa rute baru melalui perairan internasional pada pertengahan abad ini.
Artikel Menarik Lainnya:
- Gegara Perubahan Iklim, Orang-Orang Tibet Rebutan Air, Konflik Baru Internasional
- Ilmuwan Teliti Kaitan 'Darah Salju' di Gunung Alpen dengan Perubahan Iklim
- Perubahan Iklim Bikin Spesies Serangga Kian Meningkat, Apakah Hewan Lain Bisa Punah?