Deretan Konspirasi Kartini: Dari Dituduh Pro Poligami, Diracun hingga Fremason

- Senin, 17 April 2023 | 16:38 WIB
Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini. (Wikipedia).
Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini. (Wikipedia).

Raden Ajeng Kartini kita kenal sebagai pahlawan kemerdekaan Indonesia. Perayananya selalu ditunnggu setiap tanggal 21 April dalam perayaan Hari Kartini, hari dimana kita diajak untuk mengenang jasa perjuangan yang memperjuangkan hak asasi perempuan.

Dikutip dari Wikipedia, Hari Kartini ditetapkan oleh Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964 sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Penetapan tersebut juga dibarengi dengan penetapan hari lahir Kartini sebagai hari besar.

Kisah RA Kartini juga menjadi inspirasi bagi banyak orang, khususnya bagi kaum wanita. Namun, sosoknya masih diliputi sejumlah kontroversi, termasuk yang mempertanyakan mengapa dirinya dijadikan pahlawan, pro poligami, hingga misteri kematiannya yang disebut penuh konspirasi, hingga keterkaitannya dengan Freemason.

Mengenal sosok Kartini

-
Kartini dan orang tua beserta saudaranya. (Wikipedia)

 

Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan priayi atau kelas bangsawan Jawa. Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir. Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. 

Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana Kerajaan Majapahit. Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati Surabaya pada abad ke-18, nenek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari semua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya.

Baca Juga: Dari Jenderal Soedirman hingga Kartini, Ini 5 Film Pahlawan Pilihan di Hari Pahlawan

Suka menulis, suka membaca

-
Tulisan kartini untuk temannya. (Wikipedia)

Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS). Di sini Kartini belajar bahasa Belanda. Namun, setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena harus dipingit.

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft. Ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.

 Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. 

Memperhatikan emansipasi wanita

-
Pergerakan kau wanita saat perayaan Hari Kartini di tahun 1953. (Wikipedia)

Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. 

Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

7 Arti Mimpi Memotong Rambut Apakah Pertanda Baik?

Minggu, 28 April 2024 | 10:19 WIB

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X