Wayang Kulit, Berbalut Mitos Pemujaan Roh hingga Dakwah Wali Songo

- Kamis, 24 November 2022 | 10:19 WIB
Wayang kulit bukan sekedar seni pertunjukan (Z Creators/Hasan Syamsuri)
Wayang kulit bukan sekedar seni pertunjukan (Z Creators/Hasan Syamsuri)

Pada 7 November 2003, UNESCO mengakui pertunjukan wayang kulit sebagai ‘Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity’ asli Indonesia. Wayang Kulit sendiri merupakan warisan kebudayaan berupa seni pertunjukan dan bertutur yang berkembang pesat di pulau Jawa.

Asal-usul 'Wayang'

-
Pertunjukan wayang kulit (Z Creators/Hasan Syamsuri)

Banyak yang percaya, wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang berarti menuju roh spiritual para Dewa atau Tuhan. Namun, sebagian masyarakat Jawa mempercayai jika wayang berasal dari kata ‘wayangan’ dalam bahasa Jawa yang berarti bayangan.

Sementara sebutan dalang dipercaya merupakan singkatan dari kata-kata ‘ngudhal piwulang’. Ngudhal berarti menyebarluaskan dan piwulang berarti pendidikan. Artinya, dalang merupakan orang yang memiliki banyak pengetahuan dan membagikannya kepada para penonton pertunjukan wayang.

-
Dalang berarti orang yang punya banyak pengetahuan (Z Creators/Hasan Syamsuri)

Enggak mudah mencari sumber yang dapat memastikan sejak kapan seni pertunjukan wayang atau seni mendongeng kuno ini mulai ada di Nusantara. Ada asumsi bahwa pertunjukan wayang sudah ada di abad ke-10. Asumsi ini didasarkan pada Prasasti Mantyasih bertahun 903 M.

Dalam prasasti yang juga disebut prasasti Balitung itu tertulis ‘Si Galigi Mawayang Buat Hyang Macarita Bimma Ya Kumara’, yang berarti ‘Galigi mengadakan pertunjukan Hyang dengan cerita Bimma muda’. Bimma adalah salah satu ksatria dalam kisah Mahabharata.

-
Wayang kulit sudah ada sejak abad ke-10 (Z Creators/Hasan Syamsuri)

Namun Guru Besar Ilmu Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Prof Kasidi Hadiprayitno, menyatakan bahwa wayang sudah ada sebelum abad ke-9. Menurutnya juga, pada masa Majapahit, wayang mulai berkembang meski bentuknya belum seperti wayang yang ada seperti saat ini.

 Wayang sebagai ritual pemujaan

Wayang yang diciptakan nenek moyang suku Jawa, hanya terbuat dari rerumputan yang diikat sehingga bentuknya masih sangat sederhana. Wayang awalnya dimainkan dalam ritual pemujaan roh nenek moyang atau leluhur dan dalam upacara-upacara adat Jawa.

-
Wayang pernah dianggap sebagai ritual pemujaan (Z Creators/Hasan Syamsuri)

Pada masa selanjutnya, mulai dikenal penggunaan kulit binatang sebagai bahan pembuatan wayang. Cerita-cerita yang dibawakan dalam pertunjukan wayang kulit pun kian berkembang. Pada masa agama Hindu, sekitar abad ke-10 hingga 15 Masehi, Mahabharata dan Ramayana merupakan dua cerita favorit pada masa itu.

Baca Juga: Kece! Gak Malu Dicap Kuno, Pasutri Muda Ini Kompak Bikin Beragam Jenis Wayang

Wayang sebagai media penyebaran agama

Saat agama Islam masuk Nusantara, akulturasi budaya dengan ajaran Islam mulai terjadi. Sunan Kalijaga saat berdakwah selalu menggelar pertunjukan wayang kulit. Namun cerita dalam pertunjukan tersebut diubah sesuai ajaran Islam, seperti Babat Alas Wonomarto, Wahyu Purboningrat, Jamus Kalimasada.

-
Pertunjukan wayang kulit (Z Creators/Hasan Syamsuri)

Mengikuti perkembangan zaman, pertunjukan wayang kulit mulai diiringi dengan alat musik tradisional seperti gamelan dan para sinden. Kedua pelengkap tersebut dihadirkan oleh Sunan Kalijaga untuk menambah semarak pertunjukan wayang kulit, sehingga lebih menarik untuk ditonton.

Artikel Menarik Lainnya:

Jarang Diketahui, Ternyata Ada Sisi Lain di Istanbul yang Bikin WNI Geleng Kepala

Resep Iced Caramel Macchiato Rumahan ala Starbucks, Solusi Ngopi Murah di Tanggal Tua

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X