Tak seperti kampung adat umumnya yang terdapat bangunan rumah adat dengan dekorasi yang unik.
Berbeda dengan kampung di Nusa Tenggara Timur (NTT), karena saat tiba kamu akan langsung dihadapkan pada belasan batuan hitam yang sekilas memiliki kesan mistis.
Terdapat batuan megalitik yang didominasi oleh bentuk bulat serta berbagai jenis ukuran seperti bentuk batu cepat dengan nama dan fungsi yang berbeda.
Megalitik biasanya digunakan sebagai media atau tempat untuk melakukan ritual adat atau pemujaan terhadap para dewa maupun pun leluhurnya.
Baca juga: Cuma Dibuat dari Jerami, Rumah Adat Ini Tahan Gempa 7 Skala Richter
Batu Rue menjadi salah satu batu yang dilarang untuk disentuh, bahkan orang lain tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar dari dekatnya.
Batu ini khusus untuk ritual orang yang meninggal akibat kecelakaan, terbakar, bunuh diri atau jatuh dari pohon.
Selain itu, ada juga batu Wowadu yang menjadi batu yang hanya dapat diduduki oleh Deorai untuk dilaksanakannya ritual adat.
Saking uniknya, kampung adat ini pernah berhasil mendapatkan Juara Pertama Anugerah Pesona Indonesia di tahun 2020 lalu di kategori Kampung Adat Terpopuler.
Saat tiba, kamu akan langsung menemukan sebuah rumah yang biasanya menyewakan pakain adat orang sabu dengan tarif Rp 50 ribu untuk berfoto.
Baca juga: Ukiran Putri Duyung di Rumah Adat Suku Sentani Jadi Pengingat dari Para Leluhur
Selanjutnya ada batuan yang disusun melingkar diatas tanah yang digunakan sebagai altar persembahan atau tempat pemujaan saat ritual adat.
Tepat di bagian belakang megalitik ada dua rumah adat khas masyarakat Sabu yang tak boleh sembarang dimasuki. Kampung adat Namata sendiri awalnya bernama Hanga Rae Robo.