Paus biru adalah hewan terbesar di Bumi dengan panjang mencapai 30 meter dan berat lebih dari 180.000 kg.
Salah satu alasan mengapa hewan ini dapat tumbuh begitu besar adalah karena mereka hidup di dalam air yang dapat menopang tubuh berat paus.
Daya apung yang disediakan oleh air dapat mengimbangi tarikan gravitasi dan memungkinkan paus untuk terus berkembang.
Lalu mengapa tubuh paus mati berbahaya sehingga kita harus menjauhinya?
Itu karena bangkai paus tidak dapat diprediksi. Pada dasarnya ketika sirkulasi darah dan respirasi paus yang mati berhenti, hal itu menyebabkan pembusukan sel dan jaringan oleh mikroba yang sudah ada di dalam tubuh.
Ini mengarah pada perkembangbiakan bakteri lebih lanjut.
Proses ini akan menghasilkan gas-gas tajam seperti metana, karbon dioksida, dan nitrogen.
Gas ini akan meningkatkan tekanan di dalam bangkai, yang pada gilirannya menyebabkan bangkai membengkak, seperti balon mati yang sangat besar.
Dalam keadaan normal, gas-gas ini mungkin akan keluar melalui lubang, seperti mulut atau anus.
Namun, diyakini bahwa berat badan paus itu sendiri menutup semua lubang sehingga tidak ada jalan bagi gas untuk keluar.
Selain itu lemak paus juga akan memperburuk keadaan. Lapisan lemak yang tidak keropos membuat gas hampir tidak mungkin untuk keluar.
Selanjutnya gas akan semakin membengkakkan bangkai hingga akhirnya setelah ambang batas tekanan bangkai akan meledak.
Ledakan potongan daging ke atmosfer ini memiliki kecepatan hingga 70 kilometer per jam dengan lebih dari 50 meter yang bisa saja menyebabkan kematian bagi orang-orang yang berada di dekatnya.
Insiden meledaknya bangkai paus paling terkenal terjadi pada tahun 2004, di mana bangkai paus dibawa dari pantai ke laboratorium untuk dipelajari. Namun tiba-tiba meledak di tengah jalan yang ramai, dengan isi perut paus membasahi penonton dan toko-toko.
