Eskalasi perang Rusia-Ukraina meningkat, angkatan bersenjata Rusia telah menjadi bahan ejekan oleh beberapa ahli barat karena taktik militer mereka tak juga mampu menembus pertahanan ibu kota Kyiv.
Serangan darat Moskow dinilai melempem melawan Ukraina yang memiliki kekuatan militer yang lebih 'lemah'.
Contoh terbaru dari taktik Rusia yang jadi olok-olokan saat baru-baru ini ketika Kementerian Pertahanan Ukraina merilis sebuah video pada 11 Maret, yang menampilkan pertempuran darat saat barisan tank Rusia yang disergap sekitar 35 km dari Kyiv dan dipaksa mundur.
Tampaknya Presiden Rusia Vladimir Putin sudah muak dengan 'ejekan' dengan gambar dan video tank Rusia, pertahanan udara, kolom artileri dan konvoi dihancurkan oleh drone dan tembakan artileri oleh pasukan Ukraina.
Putin akhirnya memutuskan untuk mengubah taktik ini melawan pasukan Ukraina menggunakan drone juga.
Kementerian Pertahanan Rusia telah merilis sebuah video pada 12 Maret, kemungkinan diambil oleh UAV Orlan-10, yang menunjukkan serangan artileri bersenjatakan laser Krasnopol di Oblast Kyiv.
Seperti yang dilansir Eurasiantimes, Drone milik Rusia itu tampaknya UAV “kamikaze” KYB yang dikembangkan oleh ZALA Aero Group, sebuah perusahaan Rusia yang berspesialisasi dalam pembuatan pesawat tak berawak (UAV).
#Ukraine: The first proof of loitering munitions combat use by the Russian army. ZALA KYB "kamikaze" UAV fell down in #Kyiv today.
— ???????? Ukraine Weapons Tracker (@UAWeapons) March 12, 2022
The drone didn't explode, however it is unknown if it malfunctioned or it was downed using Ukrainian electronic warfare systems. pic.twitter.com/Ju38t0Qhrp
Ini adalah anak perusahaan dari Kalashnikov Group, yang terkenal dengan pengembangan senjata paling ikonik di dunia, AK-47 Assault Rifle.
Jika benar, ini merupakan taktik Rusia untuk menyerang Ukraina secara membabi buta ke arah pertahanan musuh.
KUB-UAV, dimaksudkan agar terjangkau, sederhana, dan mudah dioperasikan yang dapat digunakan untuk tujuan pengintaian dan penyerangan.
Sesuai klaim perusahaan, drone tersebut memiliki daya tahan terbang selama 30 menit, kecepatan 80-130km/jam (48-78mph) dan dapat membawa muatan peledak 3kg (6,6 pon).
Drone tersebut telah digunakan pasukan Rusia di Suriah untuk menyerang sasaran teroris di Idlib, Suriah utara menurut laporan oleh kantor berita milik negara Rusia Novosti dan Russia Today.