Bencana alam tsunami menjadi salah satu bencana yang sangat menakutkan dan mengancam keselamatan jiwa. Tak hanya itu, kerugian yang diakibatkan tsunami tidaklah main-main, sebab meliputi harta hingga nyawa yang jumlahnya begitu besar.
Baru-baru ini, Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia mengumumkan adanya risiko tsunami di kawasan laut Flores. BMKG mengeluarkan peringatan dini untuk daerah Sulsel, NTT, Sultra, NTB hingga Maluku.
#Peringatan Dini Tsunami di SULSEL,NTT,SULTRA,NTB,MALUKU, Gempa Mag:7.5, 14-Dec-21 10:20:22WIB, Lok:7.59LS,122.26BT,Kdlmn:12Km#BMKG pic.twitter.com/E0NXeDDZln
— BMKG (@infoBMKG) December 14, 2021
Baca Juga: Pasca Gempa Magnitudo 7,4 di NTT, BMKG Deteksi Tsunami 7 Cm
Begitu menakutkannya tsunami bagi kebanyakan orang disebabkan adanya mitos-mitos mengenai lonjakan gelombang air laut tersebut. Berikut mitos-mitos yang kerap dipercayai banyak orang seputar tsunami.
1. Tsunami terjadi akibat gempa yang kuat
Mitos pertama mengenai gempa yang kuat kerap dikaitkan dengan adanya kemungkinan tsunami. Padahal tidak selamanya kekuatan gempa yang kuat dan terjadi di dasar laut menyebabkan tsunami.
Hal ini pernah terjadi di Mentawai, dimana goncangan gempa yang terjadi di Bengkulu pada 2007 lalu sangat dirasa dahsyat. Kenyataannya tidak terjadi tsunami. Namun, saat gempa dirasa hanya getaran lemah, masyarakat merasa tak akan terjadi apa-apa. Nahas, 4 menit kemudian tsunami berhasil menyapu bersih kawasan Mentawai.
2. Tsunami didahului laut yang surut
Ketika terjadi tsunami tahun 2004, sebagian masyarakat Sri Lanka memiliki pengalaman bahwa air laut tampak surut secara mendadak. Namun, mereka keliru akan peristiwa itu yang ternyata air laut langsung menghantam kawasan pesisir Sri Lanka dengan cepatnya.
Namun, fakta menunjukkan jika 10 persen tsunami di dunia tidak didahului dengan laut surut dadakan. Hal ini terjadi di Papua akibat tsunami Jepang pada tahun 2011 lalu.
3. Tsunami tidak terjadi di hari yang cerah
Berdasarkan pengalaman masyarakat Jepang yang sering dilanda tsunami, bencana alam tersebut tidak terjadi di hari yang cerah. Namun, mitos tersebut langsung terpatahkan akibat insiden 15 Juni 1896, dimana tsunami menghantam kawasan Sanriku dengan awan yang tebal dan cuaca sangat panas.