Barbados resmi menetapkan diri sebagai negara republik pada Selasa (30/11/2021). Penetapan itu dilakukan setelah negara tersebut mencopot Ratu Inggris Elizabeth II sebagai kepala negara.
Pencopotan Ratu Inggris Elizabeth II sebagai kepala negara dilakukan dalam upacara khidmat yang turut dihadiri Putra Mahkota Inggris, Pangeran Charles.
Ini menjadi momen sangat bersejarah bagi Barbados yang berhasil lepas dari kolonial Inggris selama 400 tahun. Kendati demikian, Barbados tetap menjadi bagian dari Commonwealth atau negara persemakmuran Inggris.
Baca juga: Dinobatkan Jadi Musisi Paling Kaya, Rihanna Kesal Dicecar Pertanyaan Ini!
Rihanna diangkat sebagai pahlawan nasional
Perdana menteri Barbados Mia Mottley mengangkat Rihanna sebagai pahlawan nasional karena telah mengharumkan nama Barbados di kancah internasional.
Penyanyi yang lahir di Saint Michael dan dibesarkan di kota Bridgetown itu dianggap sebagai anak bangsa yang berhasil memperkenalkan nama Barbados ke dunia internasional.
"Semoga Anda terus bersinar seperti berlian dan membawa kehormatan bagi bangsa dengan karya-karya dan tindakan Anda," ucap Mia Mottley kepada Rihanna.
Pangeran Charles akui kesalahan perbudakan di masa lalu
Selama beratus-ratus tahun, warga pribumi yang mendiami Pulau Barbados mengalami nasib perbudakan yang begitu menyakitkan. Sistem perbudakan di Barbados baru dihentikan Inggris pada 1834.
Pangeran Charles dalam pidatonya di upacara penetapan Republik Barbados mengakui kesalahan Inggris yang telah melakukan perbudakan di negara Karibia itu.
Menurut dia, sistem perbudakan menjadi peristiwa kelam yang menodai sejarah Inggris dan juga Barbados.
"Di hari-hari penuh kegelapan dan kekejaman perbudakan yang mengerikan, yang selamanya akan menodai sejarah kita. Orang-orang di Barbados ditempa dengan jalan mereka dengan ketabahan yang luar biasa," ucap Pangeran Charles.
Sudah menjadi keinginan warga Barbados
Menjadi negara yang berdaulat sepenuhnya tanpa ada campur tangan asing telah menjadi impian kebanyakan warga Barbados terhadap negaranya.
Hal itu diakui oleh Sharon Bellamy-Thompson (50), seorang penjual ikan di kota Bridgetown yang mengatakan bahwa dia sama sekali tidak merasakan ada pengaruh yang besar saat Barbados dipimpin Ratu Elizabeth II.
Dia mengungkapkan sewaktu masih kecil, dia sangat senang jika mendengar nama Ratu Elizabeth II. Namun semakin dewasa, dia mempertanyakan apa arti seorang ratu terhadap dirinya dan bangsa Barbados.
