Bukan perhiasan atau barang, suku Naulu yang hidup di Dusin Nuanea dan Dusun Sepa, Maluku, justru menjadikan kepala manusia sebagai mas kawin. Suku Naulu sendiri memang terkenal dengan mempertahankan tradisi nenek moyangnya.
Berburu kepala manusia dianggap sebagai persembahan kepada nenek moyang mereka. Karena dianggap bisa menjauhkan dari musibah, suku Naulu pun turut menjadikan kepala manusia sebagai mas kawin.
Mas kawin kepala manusia dianggap oleh suku Naulu sebagai tanda kejantanan seorang pria yang ingin menikah. Namun, mas kawin ini hanya berlaku untuk pria yang hendak menikahi anak raja saja.
Selain itu, tradisi ekstrem suku Naulu itu sudah ditinggalkan sejak tahun 1990-an silam meski pada 2005 lalu tradisi ini sempat kembali dijalankan. Hal itulah yang membuat suku Naulu dikenal sebagai suku primitif dan terbelakang.
Baca juga: Mengenal Tradisi Mengawetkan Jenazah Suku Toraja, Masih Bisa Bertemu Meski Sudah Tiada
Tak hanya sebagai tanda kejantanan untuk menikah, suku Naulu juga mempersembahkan kepala untuk merayakan telah dewasanya seorang anak laki-laki. Mereka dianggap sudah dewasa jika berhasil memenggal kepala seseorang.
Ritual itu disebut sebagai pataheri. Dalam ritual ini, nantinya dalam ritual tersebut, anak laki-laki akan dipakaikan celana pendek dan dipakaikan ikat kepala merah sebagai tanda kedewasaan.
Seiring berjalannya waktu, ritual pataheri kini sudah banyak mengalami perubahan dengan seiring perkembangan teknologi dan kemasyarakatan.
Bila dahulu penyembelihan dilakukan kepada manusia, kini telah digantikan dengan kuskus. Namun, kuskus tersebut tidak ditangkap secara mandiri oleh si anak, melainkan ditangkap oleh orangtuanya.
Pelaksaannya juga dipersingkat, dari yang awalnya selama berminggu-minggu, kini hanya menjadi 3 hari saja.
