Kemanakah Manusia Purba Menetap Setelah Pergi ke Benua Amerika?

- Senin, 4 Januari 2021 | 11:03 WIB
Ilustrasi gambar arus panas bumi. (photo/Ilustrasi/NASA/Goddard Space Flight Center, The SeaWiFS Project and GeoEye, Scientific Visualization Studio)
Ilustrasi gambar arus panas bumi. (photo/Ilustrasi/NASA/Goddard Space Flight Center, The SeaWiFS Project and GeoEye, Scientific Visualization Studio)

Zaman es membuka peluang untuk manusia purba dengan melakukan migrasi menuju benua Amerika, dengan meninggalkan Asia melalui SIberia dan Alaska. Penemuan terdahulu yang mengkaji secara genetik, menemukan terisolasinya penduduk asli benua Amerika dengan Asia terjadi pada periode glasial akhir, sebelum menyebara ke penjuru Amerika.

Meski demikian, masih terdapat banyak orang yang bingung, kemana pertama kali para manusia purbaa menetap di benua baru tersebut? Para peneliti pun berhipotesis 'Pemberhentian Beringia' untuk pendudukan awal Amerika, usai terpisah dari kerabat mereka di Asia. 

Hasil penelitian yang diterbitkan di Science Advences memberikan gambaran, bahwa kemungkinan orang Amerika purba menetap di kawasan yang relatif hangat di Beringia Selatan, yang kini sudah tenggelam di bawah laut Bering sekitar 7.000 hingga 15.000 tahun yang lalu. 

"Menurut studi genetik, orang pertama yang menghuni Amerika hidup dalam populasi yang terisolasi selama beberapa ribu tahun selama puncak zaman es terakhir, sebelum menyebar ke benua Amerika," ujar salah satu peneliti, Ben Fitzhugh, antropolog University of Washington.

Pemanasan dari arus laut ini menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan bagi tempat tinggi manusia purba, membantu mengatasi misteri lama tentang penghuni awal Amerika Utara. Sel;ain itu, terdapat penelitian mengatakan bahwa pada akhir zaman es terakhir, iklim Pasifik Utara cukup hangat ke bagian pesisirnya, seperti Beringia. 

"Data kami menunjukkan bahwa Pasifik memiliki sistem arus hangat selama zaman es terakhir, mirip dengan arus Samudra Atlantik modern yang membantu mendukung iklim sedang di Eropa Utara", kata Rae, dilansir dari Eurekalert.

"Pekerjaan kami menunjukkan betapa dinamisnya sistem iklim Bumi,” terang Robert Wills, anggota penelitian tersebut, ahli atmofser University of Washington. “Perubahan sirkulasi lautan dan atmosfer dapat berdampak besar pada seberapa efektif manusia dapat menempati lingkungan yang berbeda, yang juga relevan untuk memahami bagaimana berbagai wilayah akan terpengaruh oleh perubahan iklim di masa depan.” lanjutnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X